Jakarta – Meningkatnya kasus Covid-19 di China berakibat pada harga nikel dunia.
Melansir CNBCIndonesia, harga nikel dunia terpantau melemah 0,11% pada perdagangan hari Selasa (30/8/22).
Bahkan pada pukul 17:17 WIB, harga nikel dunia tercatat US$ 21.610/ton, melemah 0,11% dibandingkan posisi pada perdagangan awal pekan ini.
Disebutkan bahwa Pemerintah China telah menutup pasar elektronik terbesar di dunia yakni Huaqiangbei di kota Shenzhen di Selatan China dan memberhentikan layanan kereta bawah tanah di 24 stasiun karena terdapat kasus baru Covid.
Seperti diketahui, China masih memberlakukan kebijakan zero Covid, sehingga ketika kasus baru meningkat maka mereka akan langsung lockdown.
Tentunya, hal tersebut kian membebani aktivitas bisnis dan akan berdampak pada permintaan komoditas termasuk nikel. China merupakan konsumen terbesar dari komoditas nikel dunia, di mana berkontribusi sebanyak 59% dari total impor nikel dunia.
“Anda tidak bisa terlalu bearish dalam jangka menengah hingga jangka panjang untuk kompleks (logam) karena semua kebijakan dukungan … tetapi saya pikir Anda harus menyadari bahwa orang-orang melakukan perdagangan dalam jangka yang jauh lebih pendek,” kata analis Marex Zenon Ho.
Selain itu, komentar yang hawkish dari Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell pada Jumat (26/8) pekan lalu, kian menambah tekanan terhadap permintaan nikel.
Powell mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan lanjutan pada pertemuan September 2022 untuk meredam angka inflasi yang masih berada dekat dengan rekor tertingginya sejak 40 tahun.
Hal tersebut nyatanya mendorong kinerja dolar AS di pasar spot. Pada awal pekan ini, indeks dolar AS sempat menyentuh level 109. Namun, pada perdagangan hari ini pukul 17: 40 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia, bergerak melemah 0,45% ke posisi 108,34.
Meski begitu, indeks dolar AS masih berada dekat dengan rekor tertingginya selama dua dekade di 109,29 pada pertengahan Juli 2022.
Sejatinya, nikel diperdagangkan menggunakan dolar AS. Ketika dolar AS berada dekat dengan rekor tertingginya, maka akan menjadi mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.
(Red/Sumber)