JIKA SUKSES DAMAIKAN RUSIA DAN UKRAINA, XI JINPING DINILAI LAYAK TERIMA NOBEL

News1116 Views

Jakarta – Pengamat Dr Satrio Arismunandar menilai
Presiden China Xi Jinping layak mendapat hadiah Nobel Perdamaian jika ia berhasil mendamaikan Rusia dan Ukraina.

Pasalnya menurut dia, mendamaikan Rusia dan Ukraina jauh lebih rumit dan sulit dari mendamaikan Arab Saudi dan Iran.

“Sesudah sukses mendamaikan dua seteru di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran, China melakukan manuver berani dengan mencoba mendamaikan Rusia dan Ukraina,” ujar Satrio dalam siaran persnya, Jum’at (28/4/23).

Diketahui Presiden Xi Jinping telah berbicara hampir 1 jam dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy via telepon pada Rabu lalu (26/4/23).

Saat itu Xi mengatakan, China tidak akan menyulut konflik lebih besar terkait perang yang masih berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.

Kata Xi Jinping, China tak akan memanfaatkan krisis itu menjadi keuntungan. China selalu berpihak pada perdamaian dan mendorong pembicaraan damai.

Menurut Satrio, ada pertanda baik bahwa baik Ukraina maupun Rusia tidak serta merta menolak inisiatif diplomatik China.

“Fakta bahwa Zelenskyy bersedia bicara selama satu jam dengan Xi Jinping mengisyaratkan, Ukraina berharap banyak dari langkah China ini. Padahal selama ini, China dianggap sebagai sekutu dekat Rusia di kawasan,” ujar Satrio lagi.

“Di sisi lain, Rusia juga tidak menolak langkah Xi Jinping, walaupun juga tidak buru-buru bilang mendukung,” sambung Satrio, yang lulusan Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional UI.

Masalahnya, kata Satrio, kasus Rusia-Ukraina lebih rumit karena ada keterlibatan NATO dan AS.

Padahal menurut dia, hubungan China kurang baik dengan AS.

“Apakah mungkin Ukraina membuat kesepakatan damai, tanpa lampu hijau dari AS dan NATO?” tanya Satrio.

Berbeda dengan konflik Saudi-Iran, ada wilayah Ukraina yang saat ini sudah dikuasai militer Rusia.

“Bagi Ukraina, tidak mungkin berdamai jika sebagian wilayahnya masih dikuasai Rusia. Tetapi apakah Rusia bisa dibujuk untuk mundur?” ulas Satrio.

“Jika Rusia diminta mundur dan mengembalikan wilayah yang sudah dikuasai itu ke Ukraina, ini akan dianggap sebagai kekalahan besar bagi Presiden Vladimir Putin. Putin tak akan mau menerima hal itu,” ungkap Satrio.

Menurut prediksi Satrio, karena konsesi-konsesi yang harus diberikan sangat besar dan berisiko tinggi, dan melibatkan banyak aktor kuat seperti AS dan NATO, proses perdamaian Rusia dan Ukraina tampaknya tidak akan mudah tercapai.

(Beby)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *