Kemewahan di Atas Derita 22.639 Buruh

Opini, Politik, Sosial59 Views

Pontianak, PBSN – Di suatu negeri indah yang katanya gemah ripah loh jinawi, ada kisah bak dongeng modern. Bukan soal putri tidur atau pangeran berkuda putih, tapi tentang keluarga pejabat yang hidupnya lebih epik dari drama Korea.

Seorang Kapolda di negeri ini, sebut saja Irjen Rodeo, istrinya Yani, dan anaknya Gazel (bukan nama sebenarnya). Mereka bukan keluarga sembarangan. Mereka bukan rakyat biasa yang harus mikir harga beras naik atau saldo rekening yang misteriusnya selalu di bawah ekspektasi. Mereka adalah kaum elit, kaum yang bisa membuat definisi “efisiensi anggaran” terasa seperti mitos belaka.

Di saat para buruh terkena gelombang PHK, di saat rakyat harus memilih antara beli beras atau bayar listrik, keluarga ini malah sibuk memilih antara naik jet pribadi atau first class. Gazel, sang putra mahkota, menghabiskan Rp 1,2 miliar dalam sebulan. Kalau rakyat biasa bisa bertahan dengan gaji UMR sebulan untuk makan nasi dan garam, dia bisa mentraktir satu kampung makan wagyu dan kaviar tiap hari.

Ibunya, Yani, juga tidak mau kalah. Kalau ibu-ibu biasa pergi ke pasar pakai kantong kresek bekas, dia pakai tas Hermes Picotin 18 seharga Rp 84 juta. Sementara rakyat pusing dengan harga minyak goreng, dia mungkin pusing milih tas mana yang cocok untuk belanja barang-barang impor.

Tentu saja, sang Kapolda tercinta, Irjen Rodeo. Dengan gaji resmi sekitar Rp 30 juta per bulan, entah bagaimana caranya beliau bisa membiayai kehidupan ala sultan. Ilmu finansial macam apa yang dia pakai? Ini bukan lagi manajemen keuangan, ini sudah masuk kategori keajaiban ekonomi.

Tentu saja, di sisi lain kehidupan, ada 22.639 orang yang baru saja kehilangan pekerjaan. Mereka bukan bagian dari kelas jet pribadi, mereka bagian dari realitas pahit. Ada 10.665 karyawan Sritex kehilangan mata pencaharian. Ada 1.100 pekerja Yamaha Music Indonesia mendadak menganggur.

Kemudian, 2.274 pegawai KFC Indonesia tak lagi bisa menyajikan ayam goreng. Ditambah ada 900 pekerja PT Sanken Indonesia harus mencari kerja baru.

Lalu, ada 500 karyawan PT Adetex juga terkena dampaknya. Ada 2.000 orang dari Agungtex Group harus mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan mereka.

Belum cukup juga, ada 700 karyawan PT Alenatex pun mengalami nasib serupa. Ada 2.500 pekerja PT Asia Pacific Fiber ikut kehilangan sumber penghasilan. Ada 2.000 pegawai PT Chingluh terpaksa mencari nafkah di tempat lain.

Sementara rakyat biasa berjuang mencari pekerjaan baru, keluarga elite ini tetap sibuk menentukan destinasi liburan berikutnya.

Gimana, wak? Perih ndak melihat negeri kita sekarang. Sementara itu, rakyat hanya bisa menonton. Mereka tidak bisa flexing harta, jadi mereka flexing kesabaran. Mereka tidak bisa pamer tas mewah, jadi mereka pamer kemampuan bertahan hidup. Ada yang makan sekali sehari, ada yang rela kerja lembur demi sesuap nasi, ada yang bertahan dengan warisan indomie dari minggu lalu.

Tapi, jangan sedih! Negeri ini tetap punya hiburan gratis, pejabat yang terus memberikan tontonan absurd dalam parade kemewahan yang tak ada habisnya. Karena di negeri ini, keadilan sosial itu hanya ada di spanduk. Sementara kenyataan sehari-hari lebih mirip episode sinetron tanpa akhir.

Maaf, mau cari takjil dulu , wak. Kita kita sambung lagi kisah lebih absurd lagi.

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *