Oleh : Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Saya dari awal sudah menduga Jinping akan terpilih kembali setelah amandemen dibuat agar di disetujui oleh Kongres PKC pada 16 Oktober lalu.
Semua tahu Cina dengan sistem Komunis dengan PKC menerapkan totaliter sehingga tidak ada ruang untuk beda pendapat.
Yang beda pendapat akan di singkirkan. Jadi sistem yang di bangun Xi Jinping mengubah pemerintahannya atas nama komunis tetap akan bertahan terus.
Dengan sistem komunis dan partainya komunis mau 3 periode.
Atau terus berkuasa sekalipun. Tidak bisa ditentang karena akan digilas atau tergilas oleh sistem PKC yang dibangun.
Mau seumur hidup untuk berkuasa selama sistem komunis menghendaki akan tetap dipaksakan terus berkuasa.
Apa beda sistem komunis dan dinasti – dinasti yang berkuasa di Cina dahulu. Sama saja bukan?
Dengan sistem otoriter dan semua tunduk pada kekuasaan dan penguasa. Sistem komunis sama saja dengan sistem dinasti.
Karena diharamkan demokrasi. Jika seseorang lakukan perlawanan karena dianggap menindas maka orang tersebut akan dianggap musuh negara dan dimusnahkan sama seperti Deng Xiaoping melindas kekuatan pro demokrasi saat Peristiwa Tiananmen. Banyak tokoh-tokoh pro demokrasi – Dr Fang Lie Zhie, Wuer Kaixe dsb. Tokoh-tokoh pro demokrasi itu lenyap sampai saat ini.
Ribuan aktivis pro demokrasi digilas dengan panser dan senjata. Itulah komunisme ala PKC yang otoriter dan menindas.
Komunisme memang anti demokrasi dan tidak sesuai dengan Hak Azasi Manusia.
Bisa jadi rezim Jokowi akan lakukan copy paste agar tetap berkuasa dengan meniru Xi Jinping.
Tapi jika itu terjadi demokrasi yang sudah tumbuh dan berkembang saat ini akan musnah dan akan menjadi totaliter. Dan untuk Jokowi akan dijadikan musuh demokrasi.
Jokowi jangan tiru Presiden Xi Jinping yang berbaju Kaisar Cina modern dengan PKC sebagai alat dinastinya.
Atau, Jokowi mau copy paste Xi di sini? Dia berhadapan dengan kekuatan demokrasi yang telah tumbuh saat ini, sejak reformasi.