Mengapa Tan Malaka Tak Beristri?

News, Politik92 Views

Jakarta, PBSN – Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner dan pemikir Marxis Indonesia, memang dikenal tidak pernah menikah sepanjang hidupnya. Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi alasan mengapa ia memilih untuk tidak beristri:

1. Dedikasi pada Perjuangan Revolusi

Tan Malaka menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk perjuangan kemerdekaan dan ideologi sosialis. Ia sering hidup dalam pelarian, baik di dalam maupun luar negeri, sehingga kehidupan pribadinya seperti pernikahan mungkin dianggap bisa mengganggu konsentrasinya pada revolusi.

2. Pandangan terhadap Pernikahan dan Perempuan

Dalam bukunya “Madilog” (Materialisme, Dialektika, dan Logika), Tan Malaka tidak secara eksplisit membahas pandangannya tentang pernikahan, tetapi ia memiliki pemikiran progresif tentang kesetaraan gender. Ia percaya bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama dalam pendidikan, politik, dan ekonomi.

Dalam “Mass Actie”, ia juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam perjuangan kelas dan revolusi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa ia menghargai perempuan bukan sekadar sebagai “istri,” tetapi sebagai mitra setara dalam perjuangan.

3. Kehidupan Nomaden dan Konspirasi

Tan Malaka sering bergerak secara rahasia, menggunakan banyak nama samaran, dan hidup dalam pengasingan. Kondisi ini menyulitkan untuk membangun kehidupan keluarga yang stabil. Ia lebih memilih fleksibilitas sebagai pejuang revolusi daripada ikatan domestik.

4. Pengaruh Ideologi Marxis dan Revolusioner

Sebagai seorang Marxis, Tan Malaka mungkin terinspirasi oleh banyak tokoh revolusioner lain (seperti Lenin atau Trotsky) yang menganggap pernikahan dan keluarga borjuis sebagai bagian dari struktur lama yang harus diubah. Namun, ia tidak pernah secara terbuka menolak institusi pernikahan—hanya memprioritaskan perjuangan politik di atas kehidupan pribadi.

Kesimpulan

Tan Malaka tidak menikah karena dedikasinya yang total pada revolusi dan kondisi hidupnya yang tidak stabil. Ia memandang perempuan sebagai mitra sejajar dalam perjuangan, bukan sekadar sebagai istri dalam konteks tradisional. Kehidupannya lebih diabdikan untuk ideologi dan pergerakan politik daripada kehidupan domestik.

Jika Anda ingin mendalami pemikirannya lebih lanjut, buku-buku seperti Madilog dan Dari Penjara ke Penjara bisa memberikan wawasan lebih dalam tentang pandangan hidupnya.

Diceritakan kembali oleh : Emeraldy Chatra

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *