Jakarta – Emiten tambang mineral PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam melanjutkan penghiliran nikel dalam rangka pengembangan usaha.
Pabrik feronikel yang saat ini dibangun ditargetkan mulai berproduksi pada semester II/2023.
Antam melaporkan proyek pembangunan pabrik feronikel atau smelter berkapasitas 13.500 ton nikel (TNi) per tahun di Halmahera Timur masih berlanjut dan telah memasuki fase konstruksi.
Pabrik feronikel ini mendapat pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) PT PLN.
Proses penyalaan pembangkit listrik tahap kedua direncanakan dilaksanakan pada semester pertama 2023 yang akan dilanjutkan dengan rangkaian fase commissioning pembangkit dan pabrik feronikel.
“Tahap operasi produksi pabrik feronikel Haltim direncanakan akan dimulai pada semester kedua 2023,” kata Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie, seperti dikutip Bisnis, Ahad (26/3/23).
Selain pembangunan smelter, Antam juga telah menyelesaikan aktivitas spin-off sebagian segmen usaha pertambangan nikel yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kepada entitas Anak Usaha terkendali ANTM yaitu PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA) pada September 2022.
Spin-off dilakukan untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik berbasis nikel.
Sejalan dengan inisiasi tersebut, Antam dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL), anak perusahaan yang dikendalikan oleh Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Share Purchase Agreement/CSPA) atas sebagian kepemilikan saham Antam dalam PT Sumberdaya Arindo pada Januari 2023.
“Penandatanganan CSPA ini merupakan langkah awal dari realisasi pelaksanaan proyek pengembangan ekosistem EV Battery di Indonesia dan sejalan dengan komitmen Antam dalam mendukung pengembangan proyek tersebut,” kata Syarif lagi.
Penandatanganan CSPA tersebut diikuti dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham Bersyarat.
Nantinya pada tahap penyelesaian transaksi, Antam akan tetap mempertahankan status pemegang saham pengendali di PT SDA sesuai dengan ketentuan PSAK 65, sehingga tidak mengubah status PT SDA sebagai anak perusahaan yang terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Antam.
Selain itu, Antam juga mengupayakan peningkatan nilai tambah produk bijih nikel laterit yang dimiliki menjadi bahan baku EV Battery melalui penandatangan kerja sama dengan CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co., Ltd. (CNGR) pada November 2022.
Dalam framework agreement tersebut, Antam melalui anak perusahaannya PT Kawasan Industri Antam Timur (PT KIAT) akan membangun dan mengelola kawasan industri di area Izin Usaha Pertambangan ANTAM di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dan CNGR melalui anak perusahaannya PT Pomalaa New Energy Material (PT PNEM) akan mengembangkan fasilitas pengolahan bijih nikel laterit menjadi nickel matte.
Nickel matte merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi OESSF (oxygen-enriched side-blown furnace) yang dimiliki oleh CNGR dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 80.000 ton nikel.
Adapun, penjualan feronikel dan bijih nikel Antam pada 2022 mengalami kenaikan masing-masing 7,83 persen YoY dan 17,91 persen YoY. Penjualan feronikel mencapai Rp6,85 triliun, sementara bijih nikel sebesar Rp5,16 triliun.
Kenaikan penjualan ini ditorehkan meskipun harga nikel pada 2022 cenderung volatil karena dinamika geopolitik dan perekonomian global. Penyerapan produk nikel pada 2022 juga dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan mobilitas di Asia Timur pada medio kuartal II/2022.
Untuk memitigasi risiko tersebut, Antam melaporkan menempuh strategi pengembangan pasar dan diversifikasi pelanggan di dalam maupun luar negeri.
(Red/Sumber)