KASAK KUSUK TEAM-TEAM UNTUK MENJADI NAKHODA MUHAMMADIYAH DI MUKTAMAR KE 48

Opini1281 Views
Oleh: Moh Naufal Dunggio
Aktivis dan Ustadz Kampung
Muhammadiyah bukan partai politik. Tapi Muhammadiyah punya amal usaha dan pendukung serta simpatisan separoh dari warga masyarakat di negeri ini. Maka dari itu Muhammadiyah menjadi seksi dan gula-gula bagi siapa yang berkuasa dan ingin berkuasa baik di Muhammadiyah atau di pemerintahan. Tapi sayang Muhammadiyah udah punya cara sendiri dalam mengatur dirinya yang gak bisa di kangkangin oleh pihak lain oleh siapapun dia. Mau jadi Ketua Umum (KETUM) silahkan atau mau jadi KETUM kedua kali juga silahkan. Gak ada yang bisa melarang dan mencegahnya. Tapi kalau pengen jadi KETUM kemudian membentuk TEAM-TEAM dari kalangan angkatan mudanya yang hampir persis sama dengan yang ada di partai-partai politik yang sikat sikut sana sini dan membentuk polarisasi yang menyebabkan warga persyerikatan terbelah seperti di PEMILIHAN PRESIDEN (PILPRES) itu yang gak elok dan gak boleh.
Dulu ada kejadian orang yang tidak masuk jadi calon KETUM tapi beliau dipilih secara aklamasi oleh semua pengurus untuk jadi KETUM. Itu pernah terjadi. Yakni KH. SUTAN MANSUR. Model seperti ini tidak pernah terjadi di organisasi manapun baik organisasi massa atau politik baik didalam negeri atau di dunia. Itu hanya terjadi di Muhammadiyah. Apakah hal semacam ini bisa terjadi di era milenial lagi seperti saat ini di Muktamar ke 48 …? Kayaknya hal itu SULIT bin SUSAH. WHY atau KENAPA ..? Karena orang sekarang punya kepentingan pribadi dengan Muhammadiyah cukup tinggi. Mereka mau jadikan Muhammadiyah sebagai tunggangan untuk KEPENTINGAN PRIBADI dan KELOMPOKNYA. Seperti yang sudah terjadi di beberapa Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) saat ini.
Ada yang punya kepentingan ingin jadi rektor. Dan kalau udah jadi rektor ingin bisa dua atau tiga priode tanpa prestasi. Ada yang pengen jadi direktur di suatu AUM tanpa malu-malu memintanya agar dia bisa duduk disitu. Padahal AIB bagi Muhammadiyah minta-minta jabatan. Ada yang pengen jadi pengurus di suatu AUM yang gak mau diganti-ganti dengan orang lain kecuali dia mati. Ada yang benar-benar cari hidup di Muhammadiyah karena udah pensiun di pemerintahan dari pada gak ada pemasukan cuan kekantongnya maka lebih baik jadi pengurus Muhammadiyah. Lumayankan ada honornya. Padahal dia udah hafal perkataan Yai Ahmad Dahlan “Hidup-hidupkan Muhammadiyah jangan cari hidup di Muhammadiyah”. Kesemua kelompok manusia yang di contohkan diatas itu mereka adalah orang-orang taat kepada Allah tapi masih hubuddunnya.
Jadi pengurus dan jabatan apa aja di Muhammadiyah silahkan aja dan itu tidak haram tapi jangan KEMARUK dan SERAKAH. Karena organisasi ini milik umat bukan milik bapak moyang ente. Jadi harus bergiliran. Kecuali ada aturan khusus yang telah disepakati bersama dan disetujui bersama agar anda menduduki jabatan itu sampai kiamat. Itu baru boleh. Seperti yang terjadi sama KH. AR FAKHRUDIN …? Beliau jadi Ketum cukup lama karena keteladanan yang beliau miliki. Beliau dengan KULTUR JAWAnya bisa meredam Pak Harto sang presiden saat itu yang semua orang takut hatta Jendral semut aja di negeri ini takut dengannya. Tapi Alhamdulillah Pak AR begitu panggilannya bisa mengatasinya.
Kita menginginkan ada seperti tipikal Pak AR lagi di Muhammadiyah. Yang ke atas punya ketegasan dan ke bawah punya marhamah ke warga persyerikatan.
Kira-kira ada gak model-model kayak Pak AR lagi ya ….? Ke depan Muhammadiyah harus dipimpin oleh seorang yg bermental kayak Pak AR. Yang kesempatan beliau jadi kaya terbuka luas tapi beliau memilih jualan bensin eceran di depan rumanya sambil nunggu dangan membaca kitab kuning. Oh Pak AR kami merindukan sosok karismamu di Muktamar 48 Muhammadiyah ini.
Allahummag filahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.
Nasrum Minallahi wafathun Qoriib wa Basysyiril Mukminin.
Wallahu A’lam …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *