Oleh : Faizal Assegaf
Kritikus
Awalnya asyik masuk gorong-gorong, Jokowi dipuja dan diklaim merakyat. Tapi drama politik itu terbongkar. Lakon pencitraan sesaat. Di balik semua akrobat, muncul agenda jahat: Nepotisme.
Jokowi dan kebohongan bersenyawa. Ihwal bobroknya perilaku kekuasaan yang terus dipertanyakan: Kenapa Presiden getol melakukan kebohongan publik? Dari ihwal proyek mobil esemka hingga janji netralitas, dll.
Pemimpin yang suka berbohong jelas sangat memprihatinkan. Kelak fakta-fakta kebohongan Jokowi menjadi koleksi terburuk dalam jejak bernegara. Sejarah paling kelam yang diwariskan pada generasi bangsa.
Ihwal politik tipu-tipu Jokowi, wajar memicu kegusaran publik. Ironinya dari satu kebohongan ke kebohongan berikutnya semakin menakutkan. DPR sebagai pengawas eksektif pun tak berdaya melawan politik dusta.
Seolah negara telah dibajak oleh daya rusak kebohongan politik yang biasa ganas. Dan Jokowi terkesan semakin perkasa untuk bertindak semena-mena. Fenomena kejahatan politik tanpa etika dan moralitas.
Bagaimana bisa seorang presiden yang wajib bersikap jujur, berubah jadi pembohong? Tidak punya martabat, tidak ada rasa malu dan bahkan terkesan bangga. Rakyat sangat resah dan muak dengan sikap bobrok itu!
Wajar bila publik menduga adanya problem kejiwaan yang tidak lazim pada prilaku kekuasaan Jokowi. Terlebih, sikap norak itu kini dicopy-paste oleh dua putera Presiden: Gibran dan Kaesang. Lengkap sudah kegilaan dinasti politik.
Syahwat kekuasaan begitu cepat merubah perilaku Presiden Jokowi dan keluargnya. Perkara yang sangat serius dan semakin menuai protes rakyat. Watak politik dinasti berdampak merusak tatanan bernegara.
Rakyat tidak boleh berdiam diri, mesti bangkit dan melawan ketidakwarasan politik. Jangan biarkan negara yang bertujuan melayani hidup rakyat, disandera oleh praktek dinasti politik. Kejahatan politik itu harus dihentikan.
Kegilaan politik Jokowi khianati Sumpah Presiden…!