Pontianak, PBSN – Jangankan kita di sini, Amerika dan Eropa pun sudah tak mampu ngejar China. Negeri Xi Jinping ini baru saja meluncurkan 10G. Mari kita dalami sambil seruput kopi di Kafe Teduh Jalan Dansen Pontianak.
Negara komunis ini baru saja menampar dunia dengan peluncuran jaringan internet 10G di kota futuristik Xiong’an. Bukan, ini bukan 5G yang ditambahin angka biar keren. Ini 10G sungguhan, lengkap dengan kecepatan download hampir 10 Gbps, upload 1 Gbps, dan latensi 3 milidetik. Singkatnya, ini bukan internet, ini teleportasi data. Kalau ente berkedip, file 100GB udah pindah server. Belum sempat bilang “Wi-Fi-nya mana?”, mereka udah selesai upload planet Mars dalam bentuk 3D interaktif.
Teknologi ini menggunakan 50G Passive Optical Network (PON), nama yang terdengar seperti mantra rahasia para insinyur untuk memanggil dewa internet. Dengan jaringan ini, negeri Panda secara tidak langsung berkata kepada dunia, “Silakan lanjut buffering. Kami sudah nonton ending-nya.”
Sementara itu, negara-negara besar lain seperti Amerika Serikat dan para sultan Eropa masih berkutat di kecepatan rata-rata 200-270 Mbps. Di AS, fixed broadband jalan pelan-pelan, kayak sepeda listrik di tanjakan. Mobile broadband? Lebih lambat dari perdebatan di grup WhatsApp keluarga. Eropa pun meskipun bergelimang kastil dan croissant, belum mampu menyaingi internet kilat ala Xiong’an. Swiss dan Islandia boleh punya pemandangan cantik dan salju, tapi tetap saja, sinyalnya belum cukup kuat buat menyentuh langit digital ala China.
Lalu, mari kita lihat Indonesia tercinta. Negeri yang hangat, kaya budaya, dan punya sinyal 5G… di 366 titik dari 514 kota/kabupaten. Itu pun harus ditelusuri pakai Google Maps. Di kota-kota tertentu, ente bisa menikmati 5G, asal tidak pindah dua meter dari posisi awal. Kadang sinyalnya kayak mantan, ada, tapi gak konsisten. Teknologi 10G? Hmm, biarkan dulu kami menyelesaikan PR 4G yang putus nyambung dan menara BTS yang dibangun dekat sawah. BTS yang pernah jadi objek korupsi besar-besaran negeri ini.
Sungguh mengagumkan melihat bagaimana China bisa maju begitu cepat. Mereka tidak cuma membangun jaringan, juga membangun masa depan. Streaming 8K, realitas virtual, komputasi awan, kota pintar, semuanya bisa dijalankan dalam satu tarikan napas digital.
Di Xiong’an, kemungkinan besar ente bisa memesan nasi goreng lewat hologram, dibayar dengan mata uang digital, dan dikirimkan pakai drone sambil dipantau oleh AI. Sedangkan di sini, kamu pesan makanan online, yang datang duluan malah hujan.
Saking cepatnya internet 10G itu, warganya mungkin bisa lihat masa depan. Cek email besok hari hari ini. Kirim file sebelum kamu klik “kirim”. Upload pikiranmu, unduh jawaban ujian. Ini bukan cuma upgrade jaringan , ini adalah pengumuman keras dan lantang bahwa China sedang memimpin perlombaan digital, dan yang lain baru bangun tidur, masih sikat gigi.
Lucunya, saat negara-negara lain berlomba menuju 6G, China melesat duluan ke 10G, sambil melambaikan tangan dan berkata, “Kalian di mana? Kami udah sampai garis finis.” Dunia pun terpana, sambil menggenggam kabel LAN dan menangis dalam diam. Bukan karena kecewa, tapi karena tersadarkan, ini bukan lagi persaingan teknologi. Ini kompetisi eksistensial, dan China baru saja menulis ulang aturannya.
Sementara itu, kita masih mikir, kuota TikTok cukup gak sampai tanggal tua?
“Tapi, kitakan gunakan Hp China, Bang.” Iya, Hp nya China, tapi jaringannya…ah udahlah, susah nak ngomong wak.
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar