ERDOGAN SEBUT RAKYAT TÜRKI TIDAK AKAN LUPA PERISTIWA KUDETA 15 JULI

Internasional891 Views

Istanbul – Memperingati Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bangsanya tidak akan membiarkan kudeta yang telah digagalkan pada 15 Juli 2016 terlupakan dan dihapus dari ingatan mereka.

Menghadiri upacara peringatan Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional 15 Juli di Istanbul pada Sabtu, Erdogan mengatakan upaya kudeta tersebut bertujuan untuk menciptakan perpecahan antara bangsa dan tentara Turki.

Turki pada Sabtu memperingati ketujuh upaya kudeta 2016 yang dikalahkan oleh Organisasi Teroris Fetullah (FETO).

“Sama seperti kita mengetahui pengkhianat dari FETO, kami juga telah mencatat entitas yang mendukung pengkhianat dengan cara yang tidak akan terhapus dari ingatan kita,” ujar Erdogan seperti dikutip Anadolu Agency, Senin (17/7/23).

Sejak penunjukan resminya pada Oktober 2016, setiap tahun rakyat Turki memperingati 15 Juli sebagai Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional.

FETO dan pemimpinnya yang berbasis di AS, Fetullah Gulen melancarkan kudeta yang dikalahkan, yang menyebabkan 253 orang tewas dan 2.734 terluka.

“Saya dengan hormat memperingati semua individu pemberani yang tanpa pamrih menjadi pahlawan, tanpa ragu, untuk menjaga keamanan tanah air kita dan kesejahteraan bangsa kita, mulai dari upaya kontra-terorisme hingga operasi di luar perbatasan kita,” kata Erdogan.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada semua saudara saya yang telah dianugerahi gelar veteran, atas nama negara dan bangsa saya, dan saya berharap mereka sehat dan sejahtera, panjang umur,” tekan dia.

Erdogan juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang turun ke jalan sejak awal upaya kudeta, berdiri teguh di titik-titik kritis dan tidak membiarkan komplotan kudeta menang.

Erdogan juga berterima kasih kepada mereka yang berdoa untuk keselamatan Turki, serta “sahabat sejati” negara.

“15 Juli adalah tonggak sejarah bagi kami. Ini adalah salah satu fase terpenting dari perjuangan seribu tahun kami untuk menjadikan tanah Anatolia sebagai tanah air kami dan perjuangan 200 tahun kami untuk bertahan hidup,” imbuhnya.

“Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa pada malam 15 Juli, kami tidak hanya menggagalkan upaya kudeta yang berdarah dan berbahaya, tetapi juga menulis epik besar yang akan diceritakan dengan bangga dan terhormat dari generasi ke generasi,” tambah dia.

“Kami menyatakan kepada seluruh dunia bahwa kehendak nasional tidak dapat diambil alih oleh tank, artileri, senapan, dan pesawat yang menjatuhkan bom ke warga sipil. Perlawanan terhadap upaya kudeta adalah “kebanggaan bangsa” dan “medali kehormatan,” tukas dia.

(Red/Sumber)