Jakarta – Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan kaum muda (generasi Z) sangat tisak menyukai tokoh yang menggunakan bahasa formal, yang dibungkus dengan pencitraan namun miskin substansi.
Karena itu, mantan Menko Ekuin di era Presiden Gus Dur ini selalu menggunakan bahasa santai bahkan cenderung urak-urakan namun tidak kehilangan substansi.
“Kita kan membahas sebuah persoalan dengan bahasa urak-urakan, bukan dengan bahasa formal. Sebagai ekonom, dalam dalam acara ilmiah, memang saya selalu menggunkan bahasa ilmiah.
Namun dalam percakapan sehari-hari kita kan beda. Sebagai tokoh pergerakan bahasa kita harus membumi. Yang muda ini, generasi Z, senang dengan tokoh yang terus terang, dan paling sebel pada orang yang ngalor-ngidul,” ujarnya dalam podcast BERISIK (Berita dan Telisik) yang dipandu oleh Hendri Satrio (Hensat) dan Imam Priyono di Jakarta, belum lama.
Kedua, kata ekonom senior itu, kaum muda suka pada tokoh yang tidak ribet, yang bahasanya sama dengan apa didengarnya dan dilakukan.
“What you hear, what you say, what you get, dan itu adalah Rizal Ramli,” ujarnya seperti dilansir Indonesia.id, Kamis (16/3/23).
Dalam acara itu, Hensat menanyakan hal apa nanti yang akan dilakukan oleh Bang RR, sapaan Rizal Ramliketika ditunjuk menjadi Menteri Keuangan.
“Saya ga mau menjadi Menteri Keuangan, saya maunya jadi Presiden,” jawab RR yang disambut Hensat dan Imam dengan tertawa.
Lantas, Hensat pun mengubah dengan pertanyaan siapa lawan yang paling berat jika RR menjadi calon presiden.
Pada kesempatan itu Hensat menyebut tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
“Menurut saya sih biasa-biasa saja (tidak ada yang berat, red.),” jawab mantan Menko Kemaritiman itu.
Tampaknya RR sangat percaya diri bahwa ia mampu mengalahkan semua bakal calon presiden yang muncul saat ini.
Karena itu, RR beradai-andai, jika ada partai politik yang mencalonkan dirinya menjadi calon presiden, maka jangan-jangan yang lolos pada tahap kedua adalah Anies Baswedan dan Rizal Ramli.
“Maka pada tahap kedua itu teman-teman dari Muhammadiyah yang muda 75 persen memilih Anies, sedangkan yang senior 25 persennya memilih kita (RR). Kemudian kaum nasionalis pasti memilih Rizal Ramli. Kaum minoritas pasti pilih RR lah. Nahdlatul Ulama tidak mungkin memilih Anies dan mereka pasti memilih RR. Jadi pada putaran kedua pasti perolehannya 70:30 untuk kemenangan RR. Namun, karena Anies itu anak baik kita angkat jadi apa begitu. Itu saja kok repot,” jelasnya.
(Red/Sumber)