Misi Damai Donald Trump

Pontianak, PBSN –Donald Trump itu kadang nyebelin, ingin memaki, membelai rambut emasnya. Kadang, salut juga. Bayangkan, perang Rusia vs Ukraina yang berlarut-larut, sepertinya Trump yang bisa mendamaikan. Sambil ngopi tanpa gula di ruang tamu, yok kita bahas ketengilan Presiden Amerika ini. Sekali-kali kita bicara dunia, wak. Taklah cerita retret, Mega (tak berkonde), KDM, Hasto, KPK mulu.

Di suatu pagi penuh gejolak, dunia mendadak terhentak. Donald Trump, sang maestro kontroversi, muncul di hadapan dunia dengan ekspresi dramatis. Penuh wibawa ala pemimpin agung yang hendak menyelematkan umat manusia. Dengan suara berat khasnya, ia mengumumkan sebuah misi yang bakal mengguncang sejarah, menghentikan perang Ukraina-Rusia! Dunia pun terpaku. Seketika, semua orang bertanya-tanya, apakah ini sekadar lelucon, atau justru awal dari saga epik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya?

Trump mengaku hatinya terguncang setelah melihat foto-foto satelit perang. Mayat bergelimpangan. Kota-kota hancur. Asap membubung tinggi ke langit, menciptakan panorama distopia yang seakan diambil langsung dari film Hollywood. Saat itu juga, Trump mengklaim dirinya telah tercerahkan. Seakan disambar wahyu ilahi, ia bersumpah untuk mengakhiri pertumpahan darah ini dalam waktu singkat. Dengan sorot mata tajam dan gestur penuh keyakinan, ia menatap kamera, mengirimkan pesan kepada dunia, “Percayalah, saya akan menyelesaikan ini lebih cepat dari siapa pun!”

Tanpa banyak basa-basi, Trump pun bergerak. Langkah pertamanya? Bertemu langsung dengan Vladimir Putin di Riyadh, Arab Saudi. Tentu saja, Ukraina tidak diajak. Mengapa? Karena, menurut Trump, Zelensky sudah terlalu sering berbicara dan tidak membawa solusi. Sungguh logika luar biasa! Dunia tercengang. Uni Eropa menghela napas panjang. Zelensky? Mungkin sedang memandang langit, bertanya-tanya apakah ini nyata atau hanya mimpi buruk berkepanjangan.

Namun Trump tak peduli. Ia percaya bahwa dua pria tangguh cukup untuk menyelesaikan segalanya. Ia duduk berhadapan dengan Putin, menatap matanya dalam-dalam, seakan-akan ini adalah duel klasik antara dua koboi di film Western. Semua orang menahan napas. Apakah ini akan menjadi perundingan damai paling epik sepanjang sejarah, atau justru sesi ngobrol santai yang diakhiri dengan selfie dan hamburger?

Dengan gaya slengeknya, Trump mengumumkan bahwa kesepakatan damai akan disertai dengan kerja sama mineral strategis antara Amerika Serikat dan Ukraina. Apakah ini upaya tulus demi perdamaian, atau hanya skema bisnis terselubung? Tak ada yang tahu pasti. Yang jelas, Uni Eropa makin gelisah. Para pemimpinnya berkumpul di Paris dalam pertemuan darurat, mencoba memahami logika di balik langkah Trump yang lebih mirip strategi di reality show ketimbang diplomasi global.

Di sisi lain, Trump tak berhenti di situ. Ia menyorot Zelensky dengan kritik tajam, menyebutnya sebagai “diktator tanpa pemilu.” Tegas, pedas, menusuk. Seakan Zelensky adalah antagonis dalam film politik yang sedang diproduksi langsung oleh Trump Studios. Dunia terbelah. Para pendukungnya bersorak, sementara lawan-lawannya hanya bisa menggeleng pasrah.

Akhirnya, semua mata tertuju pada hasil dari aksi dramatis ini. Apakah Trump benar-benar bisa menghentikan perang? Apakah ia akan mencetak sejarah sebagai penakluk konflik global? Ataukah ini hanyalah babak baru dari serial panjang penuh kejutan yang tak seorang pun tahu bagaimana akhirnya? Dunia hanya bisa menunggu, dengan perasaan campur aduk antara kagum, geli, dan sedikit ketakutan. Satu hal yang pasti, selama masih ada Trump, dunia tak akan pernah kekurangan drama.

Saya hanya bisa berdoa, semoga Trump bisa mewujudkan perdamaian dua negara bertetangga itu. Sebab, damai itu indah wak. Tapi, bukan damai yang macam yang ono, ada amplop cokelatnya.

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *