Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat
Catatan Pengantar Agenda Konpers Melawan Tindakan Inkonstitusional BPIP, Kamis 15 Agustus 2024
Jilbab itu bukan sekedar mode, bukan cuma aksesoris. Jilbab adalah aktualisasi keimanan bagi seorang muslimah, sebuah amal yang bernilai ibadah, wujud ketaatan dalam rangka meraih ridlo Allah SWT.
Siapapun tak boleh dan tak punya hak untuk melarang, menghalangi, apalagi melucuti jilbab seorang muslimah, apapun dalihnya. Jilbab bagi seorang muslimah, tidak boleh ditanggalkan saat dirinya diruang publik, meskipun hanya satu hari.
Tapi sayang, berdalih aturan dan disiasati secara licik dengan lembaran pernyataan diatas materai, BPIP memaksa muslimah anggota Paskibraka menanggalkan jilbabnya. Dalihnya untuk mentaati peraturan, agar seragam, hanya saat pengukuhan dan acara 17 an.
Yudian Wahyudi kepala BPIP menganggap enteng keyakinan umat Islam. Entah, apa agama orang satu ini. Jilbab, bukan soal sehari atau dua hari ditanggalkan. Tetapi jilbab, adalah kewajiban bagi setiap muslimah yang baligh, untuk selalu menutupi auratnya saat berada diruang publik. Acara 17 an, itu pesta diruang publik. Bukan acara di kamar, yang hanya dipandang kaum wanita.
Dulu, Yudian Wahyudi menyatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama. Saat remaja terancam kondom karena PP Jokowi yang melegalisasi perzinahan, Yudian Wahyudi bungkam. Begitu muslimah yang sudah taat menutup aurat, malah dibuatkan Peraturan BPIP yang memerintahkan Muslimah membuka jilbabnya, mengumbar auratnya.
Lagi-lagi, dalih Pancasila dijadikan alasan untuk berbuat maksiat. Mungkin saja, BPIP menganggap jilbab itu aib, tidak pancasilais, sehingga harus ditanggalkan.
Daridulu, Pancasila memang hanya digunakan untuk membungkam umat Islam. Sejak rezim Soekarno, Soeharto hingga rezim Jokowi.
Di era Soekarno, Masyumi dibungkam dengan dalih anti Pancasila. Di era Soeharto, HMI dibungkam dengan dalih anti Pancasila. Di era Jokowi, HTI dan FPI juga dibungkam dengan dalih anti Pancasila.
Saat budaya barat merusak moral bangsa, free seks merajalela, judi online, pinjol, miras, dan berbagai maksiat lainnya, BPIP tidak bicara meskipun sepatah kata. Tapi begitu muslimah taat berjilbab, BPIP malah mencopotnya.
Karena itu, kita sebagai umat Islam tidak perlu lagi percaya apapun yang didalihkan atas nama Pancasila. Pancasila hanya alat politik, untuk membungkam umat Islam dan mengebiri keyakinan ibadah umat Islam.
Mereka yang ngaku pancasilais, malah koruptor dan yang merusak negeri ini. Pesta pora di IKN dengan anggaran puluhan miliar, sementara rakyat banyak yang lapat tidak diperhatikan. Bahkan, ada ojek online yang meninggal karena kelaparan.
Rezim Jokowi, rezim Pancasila ini, tidak peduli. Mereka hanya sibuk pesta dan berfoya-foya. Mereka, tak mau dikritik, tak mau umat Islam menerapkan ajaran Islam.
Khilafah Islamiyyah, dituduh merusak. Dikriminalisasi, di stigma jahat. Sementara kelakuan Jokowi yang zalim, anak-anak dan mantunya bebas main tambang, mengeruk kekayaan negeri ini bersama oligarki.
Hanya ada satu kata, Lawan!