Pontianak, PBSN – Tak sia-sia begadang. Walau mata sudah lima watt, eh di waktu tambahan, bocil Garuda mencetak dua gol. Timnas menang 2-0 atas Afghanistan. Pasukan Nova Arianto ini mencetak prestasi sempurna, tiga kali menang dengan nilai 9. Yok kita bahas sambil seruput kopi dini hari.
Di bawah langit Arab Saudi yang penuh bintang, Timnas Indonesia U-17 kembali melanjutkan kisah kepahlawanannya. Lawannya kali ini, Afghanistan. Sebuah tim yang sudah pasti tersingkir, tapi tetap datang ke pertandingan seperti anak terakhir yang nekat ikut lomba lari meski tahu sendalnya putus. Skornya? 2-0. Tapi kisah di balik dua angka itu? Sebuah epos.
Coach Nova Arianto, pendekar strategi dari klan Garuda, awalnya menurunkan tim lapis kedua. Dafa Zaidan, Ida Bagus, dan Putu Panji jadi trio depan. Mereka langsung nyerang, menusuk, menekan, seperti bocah baru beli sepatu baru dan disuruh nunjukin di lapangan.
Sayangnya, gawang Afghanistan dijaga oleh Hamed Amiri, seorang kiper yang malam itu kerasukan dewa refleks. Setiap tendangan Garuda ditolak dengan santai, seakan dia punya radar peluru. Sementara itu, Afghanistan justru ssering bikin repot. Mereka ngotot, garang, dan main kayak lagi utang budi sama negara.
Benteng pertahanan Garuda, dijaga oleh Josh Holong Junior, Putu Ekayana, dan Daniel Alfrido, tetap kokoh. Dafa Setiawarman di bawah mistar tak banyak kerja, tapi tetap siaga, seperti penjaga warung tengah malam yang curiga semua pembeli adalah tukang utang.
Babak pertama ditutup 0-0. Afghanistan unggul 55% penguasaan bola, tapi hasilnya nihil. Kayak bawa banyak koper, tapi isinya cuma tisu.
Masuk babak kedua, Nova mulai serius. Ia memasukkan Evandra Florasta, si top skor yang dikenal bisa mencium peluang gol dari bau rumput saja. Serangan makin hidup, tapi tetap tak menembus gawang. Menit 58, bencana nyaris datang. Dafa keluar dari gawang, bola lepas, gawang kosong. Striker Afghanistan tinggal tendang… dan dia malah nyelonongin bola ke tiang bendera. Garuda selamat. Penonton langsung istighfar kolektif.
Lalu muncul Zahaby Gholy, striker yang namanya seperti perpaduan penceramah, penyair, dan jagoan sinetron. Ia masuk menit 68. Bersama Evandra, mereka menghujani pertahanan Afghanistan. Tapi gawang lawan tetap perawan.
Menit demi menit berlalu. Pemain ganti terus. Penonton mulai menguap. Wasit mulai gelisah. Penjaga kamera hampir tertidur. Pertandingan seperti nyaris berakhir 0-0, sampai… tambahan waktu datang dan takdir berubah.
Menit ke-95, Fadhly Alberto menyambar bola dan menjebol gawang Afghanistan. Stadion pecah. Para pemain Afghanistan menatap rumput, mencari jawaban. Belum sempat mereka bangkit, satu menit kemudian, Zahaby Gholy datang dan menendang masa depan mereka. 2-0. Selesai.
Dengan kemenangan ini, Timnas U-17 memastikan diri sebagai pemuncak Grup C, mengoleksi 9 poin sempurna dari 3 kemenangan (vs Korea Selatan, Yaman, dan Afghanistan). Tiket ke perempat final dan Piala Dunia U17 pun dikantongi. Sementara Afghanistan harus puas jadi juru kunci, dengan tiga kekalahan, nol poin, dan mungkin butuh pelukan saat sampai rumah.
Di pertandingan lain, Korea Selatan mengalahkan Yaman 1-0 dan lolos sebagai runner-up. Tapi sorotan malam ini tetap untuk Garuda. Mereka bukan hanya menang. Mereka mengukir takdir, menit demi menit, seperti pendekar kecil yang tahu betul, walau tubuh mungil, hati mereka sebesar benua. Bravo bocil Garuda, apresiasi tinggi buat Coach Nova.
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar