KBP M. ARSAL SAHBAN : TOBANA SEBAGAI IMPLEMENTASI DI MANA BUMI DIPIJAK, DI SITU LANGIT DIJUNJUNG

Budaya322 Views

Makassar – Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA) Kabupaten Enrekang menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Hotel Claro Makassar, Jum’at (8/11).

Dalam Rakernas yang diikuti oleh sekira 350 peserta ini juga dihadiri para sesepuh, penasehat HIKMA, 19 Dewan Pimpinan Wilayah se-Indonesia serta 4 Dewan Pimpinan Luar negeri (Malaysia, Belanda, Afrika dan Singapura).

Rakernas ini menekankan untuk menjaga tali silaturahmi antar warga HIKMA dimanapun berada dan sebarkan semangat TOBANA (TOlong menolong, BAntu membantu, NAsehat menasehati)

Ketua Umum DPP HIKMA Andi Rukman Karumpa yang biasa dipanggil ARN mengatakan bahwa TOBANA mengandung makna luhur yang digagas oleh sesepuh HIKMA.

Pria yang akrab disapa ARN ini menerangkan bahwa TOBNA yang berarti Tolong Menolong – Bantu Membantu – Nasehat menasehati, semuanya dibungkus dalam tali silaturahmi.

“Bagaimana kita sesama warga HIKMA saling bantu. Mari kita buat celengan HIKMA. Setiap minggu kita isi celengan itu semampunya. Kita pakai dananya untuk membatu warga HIKMA yang kesulitan,” ujar ARN yang juga merupakan Ketua Umum Gapensi periode 2024-2029.

Kata ARN, melalui Rakernas HIKMA 2024 dengan tema Sicidokkoan Na To Sipatanggaran, adalah momentum menata pembangunan dan sumber daya manusia di Kabupaten Enrekang.

Senada dengan itu, Ketua pelaksana Rakernas HIKMA Kombes Pol. Dr. Muhammad Arsal Sahban mengatakan pentingnya menyebarkan makna TOBANA kepada seluruh warga HIKMA di seluruh Indonesia dan juga warga HIKMA yang berada di Luar Negeri.

“Kegiatan Rakernas HIKMA, dengan maksud dan tujuan menyebarkan makna TOBANA (TOlong menolong – BAntu membantu – NAsehat menasehati) yang oleh DPP HIKMA melalui MUBES VII telah melahirkan garis besar program kerja dan rekomendasi DPP HIKMA masa bakti 2022 -2027 telah menyebarkannya dalam semangat visi organisasi yang dituangkan dalam Tri-Program HIKMA, yaitu: (1) Bagaimana HIKMA semakin terasa manfaatnya oleh anggota atau keluarga Massenrempulu dimanapun berada. (2) Bagaimana HIKMA memerankan diri sehingga kehadirannya dapat memberi kontribusi terhadap kemajauan daerah. khususnya kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan dan pada umumnya untuk kesatuan Indonsia yang lebih sejahtera dan maju. (3) Bagaimana keluarga HIKMA dimanapun berada dapat memberikan kontribusi kepada daerah dimana ia bertempat tinggal dan mencari nafkah sebagai implementasi terhadap dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,” terang Arsal yang juga merupakan Wakil ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Keluarga Massenrempulu (DPP HIKMA).

Lebih jauh Asal menjelaskan bahwa asal usul dan makna TOBANA “ TOBANA dikonsep oleh Almarhum Doktor Sahban Liba, Ketua HIKMA saat itu yang juga merupakan ayahandanya.

“Teringat, beliau selalu mendengungkan makna TOBANA setiap sambutan acara HIKMA. TOBANA singkatan dari Tolong Menolong, Bantu Membantu dan Nasehat Menasehati. Jargon ini lahir karena HIKMA didirikan dan berkantor pusat perantauan yaitu di Jakarta. sebagai warga minoritas di Jakarta, untuk dapat berhasil dan bisa bertahan hidup maka sesama warga massenrempulu harus saling menolong, saling membantu dan saling menasehati bila ada persoalan. Menurut beliau, kalau bukan kita sebagai keluarga siapa yang akan menolong kita. Hal ini beliau buktikan dengan menerima bahkan menampung ratusan warga massenrempulu khususnya dari tanah duri saat merantau ke jakarta. keluarga yang ditampung saat itu, saat ini ada yang sudah menjadi rektor, pengusaha, dokter, PNS dan berbagai profesi lainnya. Dari ibu saya juga mengatakan kalau Bapak saat mengkonsep TOBANA, mencoret-coret cukup lama di kertas, dan menuliskannya dengan aksara Lontara, yaitu sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat bugis-makassar,’ urai Arsal menjelaskan tentang awal mula konsep TOBANA yang saat ini menjadi jargon HIKMA.

Untuk diketahui, Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA) merupakan pilar tertua di Sulawesi Selatan. Bahkan lebih tua dari KKSS yang merupakan induknya. KKSS dibentuk 12 November 1976, sedangkan HIKMA berdiri tahun 1964.

Sementara itu, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) Muchlis Patahna mengatakan organisasi Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA) sebagai pilar tertua KKSS patut dijadikan contoh dalam membangun organisasi.

“HIKMA merupakan pilar tertua bahkan lebih tua dari KKSS itu sendiri yang harus dijadikan teladan bagi pilar-pilar lainnya dalam membesarkan organisasi,” kata Patahna dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Sicidokkoan Na To Sipatangngaran HIKMA di Hotel Claro Makassar.

HIKMA atau Himpunan Keluarga Massenrempulu adalah perkumpulan masyarakat se-Kabupaten Enrekang.

Kabupaten Enrekang sendiri didiami oleh 3 suku/Etnis yaitu Suku Duri, Suku maiwa dan Suku Enrekang. Ketiga suku ini menyatukan diri menjadi Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA).

HIKMA sendiri telah berdiri pada tahun 1964 silam dengan Ketuanya mulai dari Andi Sose, Baddu Amang, Doktor Sahban liba, Arifuddin pangka dan saat ini dipimpin oleh Andi Rukman Karumpa.

Massenrempulu adalah istilah yang berasal dari bahasa Enrekang, yang berarti “melekat seperti beras ketan”¹. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kesatuan dari tiga suku yang tinggal di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yaitu suku Enrekang, Duri, dan Maiwa. Secara geografis, daerah ini terdiri dari jajaran gunung-gunung dimana 85 % wilayahnya merupakan pegunungan.

Rakernas HIKMA ini juga dihadiri sejumlah tokoh antara lain; Andi Sudirman Sulaiman (Gubernur Sulsel periode 2022-2023), H.Muslimin Bando (Anggota DPR RI), Doktor Ilham Arif Surajuddin (Mantan Wali Kota Makassar), Rahman Pina (Wakil Ketua DPRD Sulsel), Brigjen Pol. Nasri (Wakapolda Sulsel), Muhammad Hatta Ali (Mantan Ketua Mahkamah Agung).

(Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *