Jakarta – Krisis ekonomi dan krisis multi dimensi di Indonesia era Jokowi membutuhkan kekuatan pembaruan dari masyarakat madani (civil society). Dalam kaitan ini, peran triumvirat perubahan/pembaruan yakni Rizal Ramli, Anies Baswedan dan LaNyalla Mattalitti dibutuhkan publik untuk melaukan reformasi damai jilid 2. Ketiganya berpeluang, sungguh layak dan cocok jika menjadi Presiden RI. Sehingga jika terjadi kekosongan kekuasaan,dalam hal Presiden dan Wakil Presiden tidak menjabat lagi, baik karena mundur atau dimundurkan, maka Ketiganya harus bersiap mengisi kekosongan kepemimpinan akibat krisis multi dimensi tersebut.
Demikian pandangan Direktur Lembaga Studi Sosial dan Strategi (LS3) Umar Hamdani MA dan pengamat politik Muslim Arbi yang juga aktivis anti-korupsi. ”Reformasi damai, revolusi damai untuk melakukan perubahan diperlukan karena era Jokowi sudah terpuruk, dimana krisis ekonomi dan krisis kepercayaan sudah meluas di dalam dan luar negeri. Bang RR bisa pimpin untuk atasi krisis ini,” ungkap Muslim Arbi seperti dikutip, konfrontasi, Ahad (22/5/22).
Sementara Umar menilai pemerintahan Jokowi makin lemah dan bagai bebek lumpuh sehingga gagal mewujudkan Nawacita, bahkan terjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan sehingga kondisi sosial ekonomi memburuk. ”Sangat kita sesalkan, era Jokowi sarat KKN dan Jokowi gagal mewujudkan keadilan dan kesejahteraan karena hanya kelompok Oligarki yang diuntungkan. Bang RR bersama Bang Anies dan Bang LaNyala diharapkan tegas memecahkan keruwetan era Jokowi ini,” ujarnya.
Sebelumnya di media, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra berpandangan, Indonesia perlu mengalami reformasi jilid II yang berjalan secara damai, tidak seperti reformasi pada tahun 1998.”Kita sekarang memerlukan reformasi jilid dua, tapi yang damai, peaceful second stage of reform. Kenapa, terutama saya kira (aspek) politik ya, politik kita memerlukan reformasi yang luar biasa,” kata Azra dalam acara Peringatan dan Refleksi 24 Tahun Reformasi yang ditayangkan akun YouTube Institut Harkat Negeri, Sabtu (21/5/22). Azra menilai UU KPK yang dianggap melemahkan KPK, UU Cipta Kerja yang merugikan buruh, dan UU Minerba yang menguntungkan pemilik modal, harus diubah, direformasi atau dicabut
Para analis menilai, Rizal Ramli, Anies Baswedan dan LaNyalla Mattalitti sudah tepat. Ketiganya cocok jika menjadi Presiden RI. Tiga tokoh itu dinilai berani dan komit pada rakyat banyak, berani basmi KKN, berani mengendalikan pasar dan oligarki, berani melawan oligarki yang tamak, serakah dan tak peduli rakyat.
”Tentu ini bukan soal triumvirat akibat terjadinya kekosongan kekuasaan dalam hal Presiden dan Wakil Presiden tidak menjabat lagi baik karena mundur atau dimundurkan. Konstitusi mengatur Menlu, Mendagri, dan Menhankam menjabat sebagai triumvirat itu. Prabowo Subianto, Tito Karnavian, dan Retno Marsudi adalah triumvirat status quo.” kata analis Rizal Fadillah dari Bandung.
”Akan tetapi ini lebih fundamental daripada hal di atas yakni triumvirat perubahan. Ada tiga nama yang bisa disebutkan yaitu Rizal Ramli,Anies Baswedan dan LaNyalla Mattalitti,” imbuh Fadillah.
”Masing-masing memiliki karakter dan track record sendiri-sendiri yang tentunya menjadi modal bagi perubahan politik dimaksud,” sambungnya.
Anies Baswedan Gubernur DKI yang pantas menuju Istana. Pengalaman akademik, birokrasi, dan pergaulan internasional mumpuni. Berprestasi dengan sebaran dukungan yang memadai. Pembuktian perubahan diawali dengan mengubah DKI dalam rangka mengubah negeri.
Rizal Ramli Doktor ekonomi bereputasi. Mantan Menko, kaya dengan gagasan terobosan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang berspektrum perbaikan politik, hukum dan budaya. Berani mengkritisi kebijakan Jokowi yang menurutnya tidak mandiri. Karut marut negeri harus segera diakhiri dengan menggairahkan pembasmian korupsi.
LaNyalla Mattalitti, Ketua DPD yang melejit karena langkah gesit meningkatkan fungsi DPD sebagai kamar penting MPR. Siap mengubah tatanan yang semakin dikendalikan oligarki. Menjadi tempat pengaduan atas peminggiran kedaulatan rakyat. Berjuang di ranah keumatan agar terhapus Islamophobia. LaNyalla rasanya terus menyala dan menyalak.
Menurut Rizal Fadillah, Triumvirat perubahan ini akan berpeluang berkiprah menentukan jika semakin menguat gelombang rakyat untuk mendorong rezim selesai tahun 2024, bahkan sebelumnya. Aksi-aksi di berbagai belahan tempat sudah berslogan Jokowi mundur atau turun. Artinya semangat rakyat adalah perubahan. Ada rasa jenuh, jengkel dan putus harapan kepada status quo dan kepanjangan tangannya.
(Red/Sumber)