HANYA MENYENGSARAKAN RAKYAT, RR SARANKAN JOKOWI MUNDUR

Politik1741 Views

Jakarta – Gerakan mahasiswa dan rakyat semakin masif mendesak Presiden Jokowi untuk mundur.

Desakan ini muncul karena kenaikan harga BBM dan Jokowi tidak mampu memecahkan krisis ekonomi, serta hanya menyengsarakan rakyat/bangsa.

Mahasiswa dan rakyat juga menilai rezim Jokowi salah urus negara dan semakin suburnya praktek korupsi kolusi dan nepotisme (KKN).

Menyikapi fenomena ini, Tokoh Nasional DR Rizal Ramli (RR) menyarankan Jokowi untuk melakukan introspeksi diri.

‘’Mas Jokowi ngaca dong, Mas Jokowi mawas dirilah, situ itu nggak mampu, saya kan kenal dekat situ. Sudahlah, situ nggak mampu, sudahlah, wiw-wis, lebih baik mundur daripada membuat rakyat dan bangsa ini sengsara,’’ cuit RR di akun media sosialnya, Jum’at (23/9/22).

Untuk diketahui Rizal Ramli adalah Menko Ekuin di era Presiden Gus Dur juga Menko Kemaritiman di era Jokowi-JK.

RR juga merupakan Tokoh demonstran ITB yang di masa mudanya sebagai aktivis pernah merasakan dinginnya penjara Orde Baru Soeharto.

RR adalah anggota keluarga besar Pondok Pesantren Pondok Gontor Ponorogo dan Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Menurut RR, dulu Pak Harto pun ketika mencoba bertahan pada reformasi 1998, toh akhirnya mawas diri dan memilih mundur setelah didesak Prof Nurcholish Madjid, cendekiawan Muslim yang menyebut Pak Harto wis wareg,wis tuwuk, sudah kenyang berkuasa.

“Jokowi harusnya mawas diri, ngaca diri,dan mundur saja karena nggak mampu sehingga bikin rakyat/bangsa ini sengsara,’’ tegas RR.

Menurut RR, pendukung Jokowi tak sekuat Pak Harto, cuma para buzzerRp yang tak akan bisa mengatasi krisis keuangan ini, terpuruknya ekonomi ini.

Kritikan atas keputusan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM terus datang dari mahasiswa, buruh, LSM dan civil society.

Sebelumnya, Jokowi mengakui beratnya dana untuk subsidi sektor energi, bahkan jumlah subsidi energi yang besar itu disebutnya bisa membangun satu Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Kemudian, Jokowi mengatakan tidak ada negara yang kuat menanggung tingginya subsidi untuk sektor energi yang mencapai Rp502 triliun. Tapi angka Rp503 trilyun itu dikecam para analis dan ekonom sebagai sesuatu yang lebay, keliru dan menyesatkan, sebab angka subsidinya menurut ekonom Anthony Budiawan tidak seperti itu dan bahkan jauh lebih kecil.

 

(Red)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *