CAK IMIN SEBUT HILIRISASI NIKEL HARUS MEMPERHATIKAN ETIKA LINGKUNGAN DAN KEBERLANJUTAN EKOSISTEM

Politik1742 Views

Jakarta – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka mempersoalkan sikap Calon Wakil Presiden (cawapres) nomor urut 01 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tentang hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik.

Walikota Solo itu mengkaitkannya dengan seringnya Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menggaungkan wacana nikel yang tidak lagi digunakan sebagai bahan baku kendaraan listrik di dunia.

Selain Ketua Umum PKB itu, Co-Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) juga menjadi target Gibran soal hilirisasi nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut.

“Yang sering ngomong lithium ferro-phosphate (LFP) itu timsesnya, tapi cawapresnya (Cak Imin) nggak paham, Tesla nggak pakai nikel ini kan kebohongan publik, mohon maaf Tesla itu pakai nikel, Pak,” kata Gibran saat debat cawapres di Jakarta, Ahad (21/1/24).

Gibran mempertanyakan posisi hilirisasi Timnas AMIN terhadap nikel setelah lebih banyak bicara soal LFP sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik di pasar global saat ini.

Malahan, Gibran bertanya spesifik posisi Cak Imin dan Tom Lembong soal antinikel lewat kampanye bahan baku alternatif nikel tersebut.

Padahal, kata Gibran, Indonsia cukup kuat dengan cadangan nikel terbesar di dunia yang mestinya dikapitalisasi.

“LFP itu alternatif dari nikel, intinya ada negara yang tidak mau pakai nikel itu yang saya maksud apakah Gus Muhaimin antinikel seperti Pak Tom Lembong?” tuturnya.

Menjawab pertanyaan Gibran soal hilirisasi nikel, Cak Imin menegaskan bahwa nilai tambah mineral mesti tetap memperhatikan etika lingkungan atau keberlanjutan ekosistem di daerah.

“Keseimbangan ini tidak bisa ditawar-tawar agar pembangunan kita berkelanjutan,” kata Cak Imin.

Sebelumnya, Tom Lembong menyebut bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlalu berfokus kepada nikel dan mobil listrik.

Tom Lembong mengatakan bahwa dua hal tersebut membuat kebijakan pemerintahan menjadi sempit. Apalagi, industri nikel dan baterai listrik adalah industri padat modal bukan padat karya.

“Apalagi pabrik mobil listrik, saya usul kepada bapak ibu sekalian kalau sempat kunjungi sebuah pabrik mobil listrik, itu anda akan melihat sedikit sekali manusia di situ karna yang bekerja itu 90 persen robot,” kata Tom Lembong dalam acara Pandangan Capres/Cawapres 2024-2029 Terhadap Kebijakan Industri, Hilirisasi, dan Perubahan Iklim yang ditayangkan youtube Centre For Strategic and Internasional Studies (CSIS).

(Red/Sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *