Jakarta – Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Jakarta Samsul Maarif menyampaikan, secara kelembagaan, NU tidak punyak kepentingan dalam politik praktis.
Lepasnya NU dari kepentingan politik praktis secara kelembagaan adalah hasil dari Muktamar ke-34 Situbondo tahun 1984, berupa deklarasi agar NU “kembali ke khittah 1926”.
“NU tidak punyak kepentingan soal politik praktis. Kita hanya punyak kepentingan politik kebangsaan. Politik yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan,” katanya seperti dikutip KBA News, Kamis (3/3/22).
Namun lanjut pria yang kini Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta itu, bagi warga Nahdliyin yang ingin mendukung satu tokoh, itu dipersilahkan. Termasuk dukungannya pada Anies Baswedan.
Adapun warga Nahdliyin yang melakukan dukungan (terhadap Anies Baswedan) ya Monggo, itu hak masing-masing warga, untuk menentukan pilihannya. Termasuk kepada Pak Anies,” ujarnya.
Pria jebolan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur itu juga berpandangan, bahwa banyak warga Nahdliyin yang mendukung Anies Baswedan sebagai pemimpin selanjutnya.
“Pak Anies saya kira di mata warga Nahdliyin banyak pendukungnya. Tetapi, NU sebagai sebuah lembaga, tidak boleh memberikan dukungan kepada siapa pun yang mengikuti kegiatan politik. Tetapi warganya ya monggo. Dengan Pak Anies, dengan yang lain,” katanya.
Ia menilai, dukungan warga Nahdliyin tersebut tidaklah salah. Sebab, mantan Rektor Universitas Paramadina itu adalah salah satu sosok yang religius dan mempunyai wawasan kebangsaan yang baik.
“Pak Anies adalah salah satu tokoh yang religius, yang punya wawasan kebangsaan. Saya kira (Anies) salah satu yang kemungkinan dijadikan pilihan nahdliyin,” jelasnya.
(Red/Sumber)