Oleh : Faizal Assegaf
Kritikus
Kegusaran publik pada dinasti Jokowi terus menyala. Tentang praktek kekuasaan yang sangat brutal dan hipokrit. Prabowo pun dua kali dicurangi. Luka membekas.
Ini bukan soal dendam politik, tidak! Kemarahan publik terkait asbab daya rusak perilaku politik pinokio. Aneka kebijakan amburadul, intrik super licik dan binalnya watak kuasa yang sangat rakus dan memalukan.
Jangankan rakyat, sebagian besar loyalis Jokowi pun berbalik membencinya. Semua mengerucut pada satu alasan: Jokowi adalah pembohong besar dan aktor utama perusak negara. Reaksi keras dan jelas serius.
Jokowi tentu sadar, segala modus politik busuknya kelak berujung petaka. Ihwal itu membuatnya makin panik dan sibuk mencari pengaman. Selain menyalurkan ambisi Gibran jadi Wapres, segala jalur gelap pun diterobos.
Tak lain, saat digiring keluar Istana, Jokowi dan keluargnya tak diburu oleh kemarahan rakyat. Tapi semua upaya itu sia-sia. Tidak ada satupun kejahatan yang akan lolos begitu saja. Sebab luka dihati rakyat terlanjur dalam.
Jaringan aktivis di Partai Negoro intensif mengamati, publik rela menerima kemenangan Prabowo. Tapi soal Gibran, tidak ada kompromi. Perlawanan semakin masif muncul diberbagai kanal medsos. Amarah rakyat justru makin terfokus pada kejahatan politik dinasti.
Menariknya, bola api kini bergerak menuju perebutan jatah kabinet. Di arena itu, semua potensi saling bertarung sengit. Jokowi yang bernafsu melindungi dirinya, giat bermanuver mempertahankan loyalisnya di kabinet.
Sementara berbagai partai tak kalah agresif memburu kursi empuk dan strategis. Sudah pasti Prabowo dan Gerindra, tidak bakal rela dan tunduk dibawah bayang-bayang pengaruh intervensi Jokowi dan kelompoknya.
Tak heran, hasil Pilpres belum diputuskan, Jokowi ngotot proyek pindah ibu kota dan kepatuhan pada oligarki wajib ditaati Prabowo. Liku permainan kotor, sebagai imbalan dari kerja keras politik culas dan curang.
Sudah tepat Prabowo berupaya gandeng Nasdem, PKB, PKS dan membujuk PDIP. Bahkan termasuk Ganjar dan Anies mulai ikut berkolaborasi. Semuanya sadar, saatnya berbalik melawan permainan politik licik dinasti Jokowi.
Peta konflik ada di papan catur kabinet…!