Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Penulis heran, ada yang ngotot meminta Penulis untuk tidak mengedukasi rakyat tentang Pilkada, melakukan perlawanan dengan Golput. Pihak yang ngotot itu, menganggap Golput melemahkan perjuangan mereka untuk coblos semua.
Tapi kalau kita periksa, apa sich sebenarnya target narasi coblos semua? Apakah dengan coblos semua Anies akan jadi Gubernur, untuk Pilkada Jakarta misalnya?
Coblos semua, itu hanya merusak kertas suara. Karena kertas suara yang dicoblos lebih dari satu Paslon, akan dihitung suara rusak.
Suara rusak, itu dihitung berpartisipasi meski tidak punya nilai dalam kontestasi. Suara rusak, tidak bisa menghalangi RK jadi Gubernur, atau menyebabkan Pramono jadi Gubernur. Suara rusak, itu hanya konfirmasi orang yang marah, putus asa, lalu berontak sekedarnya.
Gerakan Coblos semua, katanya agar kertas suara sisa tidak dimanfaatkan untuk curang. Sudah berulangkali dijelaskan, mau curang itu levelnya bukan di TPS. Kalau mau curang, juga tak perlu menunggu kertas sisa. Para pelaku curang, bisa produksi jutaan kertas suara, dicoblos sendiri, dihitung sendiri, lalu di input pada data tabulasi suara. Endingnya, keputusan KPU.
Jadi, kalau mau main curang levelnya bukan di TPS, atau main mata dengan KPPS. Tapi, main diatas, dilegitimasi dengan sistem tabulasi, dan terakhir difinalisasi di MK.
Jadi, mau dicoblos semua, curang ya tetep curang. Tak ada korelasi coblos semua, akan menghalangi perilaku curang.
Sebaliknya, klo TPS sepi, kosong, tiba-tiba ada tabulasi TPS yang dikirim ke pusat data dengan jumlah tertentu, nah itu mudah ketahuan curangnya. Karena faktanya, TPS kosong (golput semua), kok di tabulasi ada suara? Rekap ada suara? Suara darimana? Suara jin buang anak?
Karena itu, Golput adalah pilihan perlawanan pada Parpol dan oligarki yang paling rasional. Setidaknya, siapapun yang jadi, yang Golput tidak punya tanggungjawab baik dunia maupun akhirat.
Adapun yang coblos semua, kalau nanti yang jadi RK atau Pramono, itu punya andil. Andil dalam partisipasi yang melegitimasi proses Pilkada, yang merupakan pesta partai dan oligarki.
Kenapa disebut pesta Partai? Karena calonnya, hanya yang direstui Partai. Calon yang berangkat dari dukungan rakyat, dipenggal oleh Partai.
Kenapa disebut pesta oligarki? Karena di belakang Partai, ada oligarki yang membiayai. Mereka, membuat simbiosis politik untuk bekerjasama curang, agar saling menguntungkan.
Kalau tak punya argumen mempertahankan narasi coblos semua, memang sebaiknya ikut Golput. Karena Golput, jauh lebih memiliki dampak penghukuman secara politik kepada oligarki dan Partai, ketimbang coblos semua yang esensinya tidak ada bedanya seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, untuk digiring memasuki TPS, meski tak ada calon yang dikehendaki.