Oleh : Asyari Usman
Jurnalis Senior Freedom News
Prabowo Subianto kelihatan sangat marah kepada Anies Baswedan. Juga kepada Ganjar. Pak Menhan dipermalukan oleh fakta-fakta yang diungkap oleh lawan debatnya.
Yang disebutkan Anies tentang pemilikan lahan 340,000 hektar sudah pernah disebutkan Jokowi di acara debat pilpres 2019. Bukan hal baru. Kemudian soal pesawat tempur bekas. Terus soal kesejahteraan prajurit. Tidak ada yang baru.
Anies hanya menjelaskan isu-isu yang melibatkan otoritas Menhan Prabowo. Termasuklah soal rumah dinas tentara. Juga tentang proses pembelian senjata yang melibatkan perusahaan swasta yang diduga kuat terkait dengan orang-orang di sekitar Prabowo.
Pak Menhan jengkel sekali. Karena dia terpojok. Menjelang akhir debat sampai-sampai Prabowo mengucapkan bahwa Anies tidak berhak berbicara soal etik. Berkali-kali dia katakan. Beliau marah sekali soal tidak punya etik menggandeng Gibran yang diloloskan lewat pelanggaran berat etik di MK.
Andaikata di acara debat ketiga malam tadi (7/1/23) Prabowo dibolehkan membawa pistol, pastilah ramai. Bisa-bisa kita dengar tembakan peringatan agar Anies dan Ganjar berhenti menyerang. Atau bisa pula tembakan bunuh diri karena tak mampu menahan emosi.
Tapi, bisa juga kambuh kebiasaan “main dor” di masa muda dahulu. Maklum, dulu ‘kan enak berbuat semena-mena. Menculik, enak. Menghilangkan orang, enak. Tanpa ada hukuman.
Untunglah acara debat presiden malam tadi itu dilaksanakan setelah Reformasi. Dan setelah Tim Mawar (TM) dinyatakan bersalah melakukan tindak kekerasan. TM adalah satuan Kopassus yang diarahkan oleh Prabowo di tengah gerakan rakyat menggulingkan Orde Baru.
Mengapa Prabowo marah sekali malam tadi? Tidak lain karena dia tak mampu lagi mengimbangi narasi-narasi segar yang disampaikan baik itu oleh Anies maupun Ganjar Pranowo. Padahal, masalah pertahanan-keamanan merupakan “kerajaan” Prabowo. Beliau ini kan Raja Pertahanan Indonesia.
Ternyata bukan. Dia memang bukan lagi figur yang tepat untuk mengikuti kontestasi pilpres. Ini akar masalahnya.
Masa Prabowo sudah lewat. Cuma, Jokowi tidak punya orang lain untuk dimajukan sebagai boneka. Hanya Prabowo yang tersisa. Ditambah pula veteran pilpres ini masih penasaran. Ingin terus mencoba. Klop jadinya!
Barangkali, itulah sebabnya Jokowi harus melakukan segala cara untuk mendongkrak Prabowo. Jokowi sangat patut diduga mengerahkan perangkat desa, Polisi, TNI bahkan Satpol PP ikut sebagai timses tak resmi. Patut diduga bahwa merekalah yang memasangkan spanduk, baliho, banner Prabowo-Gibran di banyak tempat di seluruh Indonesia.
Ini semua kasat mata. Spanduk atau baliho Prabowo-Gibran sebentar saja naik dengan rapi di posisi-posisi strategis. Di kota maupun di desa. Merekalah yang merajai spanduk-baliho.
Kita memang angkat topi soal modal duit Prabowo-Gibran. Tidak ada yang tak bisa mereka bayar dengan duit. Tidak ada yang mahal bagi paslon bekingan oligarki bisnis itu. Hanya ini yang mereka andalkan. Karena isi kepala tak punya.
Karena itu, jangan sampai orang seperti ini duduk sebagai presiden. Bahaya besar Indonesia. Prabowo dan Gibran akan menabrak apa saja —konstitusi, etik, rasa keadilan dan lain sebagainya. Mereka tidak peduli.
Syukur sekali KPU tak sempat membuat aturan baru yang membolekan Prabowo membawa pistol ke arena debat malam tadi.