Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Maruarar Sirait, tak punya legitimasi menggaungkan narasi rekonsiliasi. Dia bukan korban kecurangan Pilpres, dia bukan rakyat yang kedaulatannya dirampok dalam Pilpres. Bahkan, dia termasuk pihak yang ikut diuntungkan dan akan menikmati kekuasaan yang diperoleh melalui proses curang.
Karena itu, ide tentang rekonsiliasi yang digaungkan Maruarar Sirait tak punya nilai. Bagaimana bisa, rekonsiliasi digaungkan oleh orang yang bukan korban kecurangan?
Kubu 01 dan 03, baik Parpol maupun politisinya, bahkan hingga Capresnya pun, tak memiliki legitimasi untuk menjadi pihak yang terlibat dalam rekonsiliasi. Mereka, akan di cap munafik jika menggaungkan narasi rekonsiliasi. Walaupun, berbusa-busa dengan berbagai dalih.
Kalaupun pada akhirnya, Kubu 01 dan 03, baik Parpol maupun politisinya, bahkan hingga Capresnya pun, menerima seruan rekonsiliasi Maruarar Sirait, maka suara mereka tak mewakili rakyat. Rakyat yang menjadi korban, hanya rakyat yang berhak mengadakan rekonsiliasi.
Adapun bagi rakyat, sekali tidak selamanya tetap tidak. Tidak ada rekonsiliasi dengan kecurangan. Tidak ada kompromi atas setiap inchi kezaliman. Yang ada hanya satu kata: lawan.
Kalian para pemburu rente kekuasan, tak akan bisa menipu rakyat. Kalian yang ingin berbagi kue kekuasaan, tak akan bisa mengajak rakyat untuk dijadikan tumbal pesta kalian.
Kalian, partai pengkhianat, yang merapat ke penguasa setelah sebelumnya menyatakan Pilpres curang, nikmatilah kekuasan kalian. Rakyat, sudah pasti akan memotong tangan dan kaki kalian, sehingga kalian tak akan pernah menjangkau rakyat, apalagi betindak untuk dan atas nama rakyat. Kalian, akan di cap sebagai pengkhianat rakyat.
Hingga menjadi bangkai pun, rakyat tak akan pernah sudi menari dengan pemenang curang. Rakyat tidak akan pernah memberikan legitimasi pada setiap kecurangan, apalagi mewariskan legacy pemerintahan curang.
Kalian sudah menang, bahkan sudah dilegitimasi oleh MK. Tapi kalian tak akan pernah mendapatkan legitimasi rakyat.
Kalian, boleh pesta karena telah memenangi kekuasaan. Tapi kalian, tak akan pernah memenangi hati rakyat.
Rakyat hanya akan memberikan hatinya, kepada pemimpin sejati. Pemimpin yang benar benar-benar berjuang untuk rakyat. Pemimpin yang tidak berbuat curang, apalagi berkhianat kepada rakyat.