Oleh : Faizal Assegaf Kritikus
Gerindra, Nasdem dan PKB akur di meja kabinet. Tapi di luar kekuasaan, pertarungan semakin tajam. Kedua kubu bersaing secara ketat, saling lempar isu panas. Walau demikian, rakyat memilih santai.
Sebagian kalangan prediksi, mendekati pencoblosan, Anies dan Gus Imin akan lebih agresif. Bahkan bisa jadi PKB dan Nasdem bakal keluar dari kabinet. Tapi pilihan ekstrim itu masih dikalkulasi.
Di pihak Prabowo, terus menunjukan pengentalan hubungan dengan Istana. Faktor Gibran, membuka pintu masuk dan menyeret Jokowi terlibat bermain kasar. Potensi kecurangan mengancam.
Sementara kubu Ganjar-Mahfud, semakin terkunci. Tidak punya sikap, apakah merangkul oposisi atau manut diobrak-abrik Jokowi. Dilema itu bikin PDIP terjebak, galau dan terlihat frustasi.
Dalam situasi PDIP dilematis, Anies dan Prabowo makin sengit berhadapan. Memompa emosi rakyat pada dua isu sentral: Pilih Anies demi perubahan atau Prabowo untuk lanjutkan progam Jokowi?
Namun isu perubahan belum membangkitkan militansi jaringan dan elemen rakyat. Padahal Anies dan Imin telah berupaya melempar sejumlah isu krusial dan senstif. Tapi situasi politik tidak mendidih.
Memberi indikasi Prabowo yang didukung Jokowi serta partai-partai besar mampu berkonsolidasi secara efektif. Menjaga situasi tetap stabil, sembari memperluas pengaruh ke akar rumput.
Kondisi demikian, menunjukan isu perubahan belum punya daya dobrak. Hanya panas di debat Capres dan jejaring medsos. Situasi di kehidupan offline berlangsung stabil dan tenang.
Bahkan rakyat bersikap kritis. Melihat Anies-Imin gencar kritik kekuasaan Jokowi, tapi Nasdem dan PKB masih memilih setia bersama Jokowi. Ihwal itu tanpa disadari bikin rakyat ragu dan apatis.
Perubahan atau kelanjutan, konflik kosa kata…!