Oleh : Faizal Assegaf
Kritikus
Ini tentang makna hidup yang mesti diukir di atas setiap warna realitas. Pahit, manis dan segala urusan yang dirasakan kelak akan berlalu. Saat bangkit dan berjalan, jangan sampai jauh terjebak.
Maklum, temali kebijakan negara masih menyodorkan rupa-rupa kebohongan dan perbudakan. Mereka yang kuat jauh lebih brengsek dari hewan buas. Tak pernah berhenti menindas hidup kaum yang lemah.
Banyak sudah perbincangan soal busuknya perilaku elite bangsa bertindak menyobek hati. Tetap saja gonta-ganti penguasa. Hanya topeng yang berubah, di balik wajah kawanan maling berhati rakus.
Demokrasi, satu kata yang terlanjur dimenipulasi demi tujuan mengais empuknya jabatan. Kelanjutan adalah cerita yang sama, sama-sama menipu rakyat. Arena busuknya politik di bakul sampah bernegara.
Rakyat mesti disadarkan dengan ilmu dan pancaran kekuatan iman. Dari hati yang tulus, penuh cinta kasih dan kelembutan. Bukan gagasan akal-akalan atau retorika politik tipu-tipu dan perilaku hipokrit.
Melanjutkan praktek kekuasaan yang telah terbukti korup dan licik adalah bencana bagi kehidupan rakyat banyak. Harus punya keberanian untuk melawan, bila tidak maka selamanya diperbudak…!