Oleh : Dini Poedji Hardianti
Malam hari ketika hitung cepat Prabowo-Gibran menunjukkan hasil satu putaran, ku teringat ucapan seorang mantan kader PRD, kira-kira sekitar tiga bulan lalu di sebuah taman kota..
Dia bilang, bahwa penguasa menginginkan Pilpres satu putaran dan PDIP menang pileg. Orang ini yg merupakan simpatisan Prabowo-Gibran, dan berada di gerbong Budiman Sudjatmiko, menceritakannya dengan sangat bangga dan menggebu-gebu.
Tentu saja hari ini aku bertanya-tanya, kenapa prediksinya bisa sangat TEPAT ?
Apakah jangan2 semua ini sudah terencanakan ?
Dia juga bilang bahwa penguasa mengerahkan pasukan rajawali, yg anggotanya antara lain Pratikno, Luhut dan Tito Karnavian. Para elit inilah yg menurutnya mengerahkan aparat, hingga kades-kades.
Tak ada lembaga survei kredibel yg memberikan data pilpres bakal satu putaran. Bahkan beberapa minggu sebelum coblosan, Jokowi bilang kalau presiden boleh kampanye sambil terus menebar bansos, hingga BLT. Dan Puncak dari semua kebrutalan itu adalah di hari H pencoblosan, kades dan aparat bergerak masif lewat orang-orangnya untuk menebar duit.
Di tempatku, satu orang mendapat uang Rp. 100 ribu untuk memilih 02. Di kota lain, ada yang bilang satu keluarga dibeli seharga satu juta. Rata-rata sasaran mereka adalah para kelompok masyarakat berekonomi rendah atau penerima Program Keluarga Harapan.
Sudah menjadi informasi umum, bahwa aparat hari ini bukan hanya bergerak memenangkan 02 namun jg menekan kades hingga pejabat untuk mendukung 02. Tak main-main, ancamannya kasus hukum jika mereka mengabaikannya.
Yang lebih keji lagi adalah jika Dana Desa, yang adalah uang rakyat digunakan untuk memenangkan paslon Prabowo-Gibran.
Tentu saja kubu 02 akan menganggap catatan ini hanya sebentuk kekecewaan, anggaplah karena jagoanku kalah. Tapi tentu saja ini bukan soal kalah dan menang, namun bagaimana menghadirkan pemilu yang JURDIL. Sebab dari proses inilah masa depan bangsa dipertaruhkan. Namun ketika penekanan itu terjadi, artinya rakyat DIRAMPAS hak-haknya. Mereka dipaksa harus memilih paslon tertentu.
Mustahil calon pemimpin yg melakukan segala cara untuk meraih kekuasaan itu bakal menjunjung rakyatnya.. yang ada, kekuasaan itu hanya digunakan untuk menguasai sumber daya yang ada demi kepentingan kelompok mereka sndiri.
Belum lagi jika bahas kecurangan-kecurangan yang terjadi di TPS. Dari mulai surat suara sudah tercoblos 02, hingga input data yang membengkak di Sirekap KPU. Bukan cuma itu, laporan wartawan kompas mengungkapkan, sementara ini ada 1437 TPS yang mengalami intimidasi.
Kemudian, ada 3463 TPS yang melakukan penghitungan sebelum pencoblosan berakhir. Ada lagi 2.162 TPS yang didapati adanya ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dan masih banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya.
Bahkan sesaat sebelum Aku menuliskan catatan ini, seorang pengawas di tingkat desa menelpon, dia dengan kesal bercerita bahwa kotak suara hasil pencoblosan yang mestinya wajib disegel saat dibawa ke gudang logistik di balai desa tidak boleh disegel oleh ketuanya. Alasannya karena mau dikoreksi.
“Jelas itu leluasa melakukan kecurangan, bisa diganti dan lain-lain,” katanya lewat telpon, dengan nada kesal. Ketika Aku coba browsing, rupanya kasus serupa juga terjadi di Jawa Barat dan membuat seorang kader partai mengamuk.
Aku tertegun sejenak, memandang langit malam yang kelam dari balik jendela. Segelas kopi yang tinggal separoh, lalu kuteguk dan menulis catatan singkat ini dengan perasaan hampa, barangkali juga tanpa harapan apapun..
Yang jelas melihat serentetan fakta itu, siapapun bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa semua kecurangan ini sudah TERENCANA, TERSTRUKTUR dan MASIF.
Kita pun patut berterimakasih pada teknologi informasi, kepada media sosial dan para netizen yang terus menunjukkan bukti-bukti kecurangan itu, baik dengan vidio maupun gambar. Itulah cara kita bersuara, sebab penguasa yang lahir dari kecurangan, pasti akan dengan mudah mencurangi rakyatnya sendiri.
#prabowo-gibran
#video
#penguasa
#rakyat
#prd
#budimansudjatmiko
#pratikno
#luhut
#titokarnavian
#tps
#jawabarat
#kpu
#pdip