Oleh : DR. (H.C.) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, SSiT,. M.Mar
Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC)
Pelabuhan penumpang, sebagai gerbang utama bagi perjalanan laut, memiliki peran vital dalam memfasilitasi mobilitas global. Setiap tahunnya, jutaan penumpang melintasi pelabuhan-pelabuhan untuk mencapai tujuan mereka. Untuk penumpang yang menggunakan kapal Pelni saja pada saat Nataru meningkat 17% dari periode sebelumnya. Pada Nataru 2022/2023, Direktur Utama PT Pelni Tri Andayani menjelaskan total jumlah penumpang mencapai 510.720 orang, Jum’at (8/12/2023).
Namun, di balik gemerlapnya aktivitas ini, terdapat masalah yang serius: banyak pelabuhan belum ramah terhadap kaum disabilitas. Jumlah kamu disabilitas ini tidak sedikit.
Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2023) jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia. Ini adalah masalah yang perlu mendapat perhatian serius dan perubahan segera.
Soalnya dalam era di mana inklusi dan kesetaraan adalah nilai-nilai mendasar, maka ketidakramahan terhadap kaum disabilitas di pelabuhan penumpang merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Banyak pelabuhan masih belum menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menampung kebutuhan mobilitas penumpang dengan disabilitas. Tangga yang curam, jalur sempit, atau bahkan kurangnya lift membuat sulit bagi mereka untuk bergerak dengan bebas di sekitar terminal. Hal ini tidak hanya menghambat mobilitas mereka, tetapi juga menghambat partisipasi mereka dalam perjalanan laut.
Panduan Aksesibilitas yang Komprehensif
Selain itu, kurangnya informasi yang jelas dan mudah diakses juga menjadi masalah serius. Banyak pelabuhan tidak menyediakan panduan aksesibilitas yang komprehensif atau informasi yang mudah diakses tentang fasilitas yang tersedia bagi kaum disabilitas.
Dalam konteks pelayanan pelabuhan penumpang, aspek Informasi dan Komunikasi adalah kunci dalam memastikan aksesibilitas dan pengalaman yang baik bagi kaum disabilitas.
Pelabuhan penumpang harus menyediakan informasi yang jelas dan mudah diakses tentang fasilitas, layanan, dan prosedur yang tersedia bagi kaum disabilitas. Peta pelabuhan yang mencantumkan fasilitas ramah disabilitas, seperti lokasi lift, toilet yang ramah disabilitas, dan jalur akses yang mudah diidentifikasi, sangat membantu penumpang dengan kebutuhan khusus untuk merencanakan perjalanan mereka dengan lebih baik.
Bersamaan pula haruslah pelabuhan penumpang untuk menyediakan pelayanan bagi penumpang dengan disabilitas. Ini bisa berupa personel yang terlatih untuk menyambut penumpang dengan ramah, serta memberikan bantuan sesuai kebutuhan mereka sejak kedatangan di pelabuhan.
Bagi penumpang dengan mobilitas terbatas, atau disabilitas, yang memerlukan bantuan dalam mengangkut bagasi mereka, pelabuhan harus menyediakan asisten pengangkut bagasi. Ini dapat membantu penumpang untuk merasa lebih mandiri dan nyaman selama perjalanan mereka.
Pelabuhan penumpang juga harus memastikan, bahwa terdapat pengaturan transportasi internal di dalam pelabuhan yang memadai bagi penumpang yang membutuhkan bantuan. Ini bisa berupa layanan shuttle, atau kendaraan khusus, yang dapat membantu penumpang dengan mobilitas terbatas guna berpindah dari satu area pelabuhan ke area lainnya.
Selain di darat, tidak kalah pentingnya pula penting mempertimbangkan pengaturan fasilitas penyambutan di kapal untuk penumpang dengan disabilitas. Hal ini bisa mencakup akses ke kabin yang ramah disabilitas, fasilitas toilet yang sesuai, dan akses ke area publik kapal dengan mudah.
Dengan menyediakan layanan bantuan dan dukungan yang memadai, pelabuhan penumpang dapat memastikan bahwa semua penumpang, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat melakukan perjalanan dengan nyaman dan tanpa hambatan. Ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap hak setiap individu untuk merasakan pengalaman perjalanan yang menyenangkan dan terjamin, tanpa harus merasa terpinggirkan atau tidak didukung.
Memastikan Kesetaraan Bagi Kaum Disabilitas
Dewasa ini di tengah kemajuan teknologi dan kesadaran akan inklusi, masih banyak pelabuhan yang gagal memberikan fasilitas yang memadai bagi penumpang dengan disabilitas.
Akses yang sulit, kurangnya informasi yang jelas, dan minimnya pelatihan staf menjadi beberapa tantangan yang dihadapi oleh kaum disabilitas ketika menggunakan layanan pelabuhan. Dampaknya, pengalaman perjalanan yang seharusnya menyenangkan dapat berubah menjadi pengalaman yang menyakitkan, bahkan diskriminatif, bagi mereka yang seharusnya memiliki akses yang sama seperti penumpang lainnya.
Banyak pelabuhan masih memiliki rintangan fisik yang signifikan, seperti tangga, ambang pintu yang tinggi, atau kurangnya jalur akses yang ramah kursi roda. Ini menghambat mobilitas mereka, dan membuat sulit bagi mereka untuk bergerak dengan bebas di sekitar terminal pelabuhan.
Ketidakmampuan untuk mengakses fasilitas utama seperti dermaga, atau area tunggu, dapat menjadi penghalang serius bagi mobilitas mereka.
Selain itu, kurangnya informasi yang jelas juga menjadi masalah serius. Banyak pelabuhan tidak menyediakan panduan aksesibilitas yang komprehensif atau informasi yang mudah diakses tentang fasilitas yang tersedia bagi kaum disabilitas.
Tanpa panduan yang memadai, penumpang dengan disabilitas kesulitan untuk merencanakan perjalanan mereka. Juga jadi mengalami kesulitan mengetahui fasilitas mana yang dapat mereka akses.
Tantangan lainnya adalah minimnya pelatihan staf pelabuhan dalam hal kebutuhan kaum disabilitas. Staf pelabuhan mungkin tidak memiliki kesadaran yang cukup tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh penumpang dengan disabilitas, yang dapat mengakibatkan kurangnya sensitivitas dalam memberikan bantuan atau dukungan yang diperlukan.
Akibatnya, pengalaman perjalanan bagi kaum disabilitas bisa menjadi tidak menyenangkan bahkan diskriminatif.
Namun, semua harapan tidak hilang. Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah konkret perlu diambil oleh pelabuhan penumpang. Pertama-tama, investasi dalam infrastruktur aksesibilitas yang memadai harus diprioritaskan. Ini mencakup pembangunan jalur akses yang ramah kursi roda, instalasi lift, dan penyesuaian lainnya untuk memastikan mobilitas yang lebih mudah bagi kaum disabilitas.
Pandangan kini terhadap fasilitas pelayanan umum semakin menyadari pentingnya inklusi dan aksesibilitas bagi kaum disabilitas. Ini mencakup berbagai aspek, mulai dari transportasi, fasilitas kesehatan, hingga ruang publik seperti taman dan gedung umum.
Di banyak negara, ada peningkatan kesadaran akan perlunya memperhitungkan kebutuhan kaum disabilitas dalam perencanaan dan desain infrastruktur. Dalam transportasi, misalnya, pandangan kini menyadari pentingnya aksesibilitas untuk orang dengan mobilitas terbatas.
Banyak kota telah mulai menyesuaikan sistem transportasi mereka dengan memasang lift, menambahkan jalur yang ramah kursi roda, dan menyediakan fasilitas yang memudahkan akses bagi mereka yang menggunakan alat bantu berjalan atau kursi roda.
Hal ini membantu kaum disabilitas untuk lebih mandiri dalam perjalanan sehari-hari mereka, dan merasa lebih terlibat dalam kehidupan masyarakat.
Harus Memberikan Akses Setara
Fasilitas pelayanan umum harus menyadari perlunya memberikan akses yang setara bagi semua individu, termasuk kaum disabilitas. Ini mencakup peningkatan aksesibilitas fisik, seperti ramah kursi roda dan jalur yang mudah diakses, serta penyediaan informasi dan layanan yang dapat diakses oleh mereka dengan berbagai jenis disabilitas.
Dalam merencanakan ruang publik seperti taman, tempat wisata, atau gedung umum, pandangan kini menekankan pentingnya desain yang ramah terhadap keberagaman. Ini melibatkan penggunaan bahan yang mudah diakses dan ramah lingkungan, pengaturan ruang yang memperhitungkan kebutuhan mobilitas, serta perencanaan aksesibilitas untuk berbagai jenis disabilitas, termasuk pengguna kursi roda, tunanetra, dan lainnya.
Harusnya pandangan kini terhadap fasilitas pelayanan umum semakin mengarah pada inklusi dan aksesibilitas yang lebih luas bagi kaum disabilitas. Ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban hukum, atau tanggung jawab moral, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih adil, inklusif, dan berempati bagi semua individu dalam masyarakat.
Dengan memperhitungkan kebutuhan kaum disabilitas dalam perencanaan dan desain fasilitas pelayanan umum, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih ramah bagi semua orang.
Dalam konteks pelayanan pelabuhan penumpang, aksesibilitas fisik merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Fasilitas pelabuhan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang menggunakan kursi roda atau alat bantu berjalan.
Hal ini tidak hanya mencakup terminal dan dermaga, tetapi juga area-area umum lainnya di dalam pelabuhan.
Standar Keselamatan dan Kenyamanan
Perlu dipastikan pula bahwa jalur-jalur yang luas dan bebas hambatan disediakan di seluruh area pelabuhan. Ini memungkinkan penumpang dengan kursi roda, atau alat bantu, berjalan untuk bergerak dengan nyaman dan aman.
Jalur-jalur tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terdapat rintangan seperti tangga atau ambang yang tinggi.
Selain itu, keberadaan lift atau ramatan yang memungkinkan akses ke berbagai tingkat di dalam pelabuhan sangatlah penting. Ini memastikan bahwa penumpang dengan mobilitas terbatas dapat dengan mudah mencapai area-area seperti lantai atas terminal atau geladak kapal.
Lift-lift tersebut harus dirancang untuk memenuhi standar keselamatan dan kenyamanan, serta mudah diakses dan dioperasikan oleh semua penumpang. Termasuk pula fasilitas toilet yang ramah disabilitas juga merupakan bagian penting dari aksesibilitas fisik di pelabuhan penumpang. Toilet-toilet ini harus dirancang dengan memperhatikan kebutuhan penumpang dengan disabilitas, termasuk ruang yang luas, pegangan yang kokoh, dan fasilitas pendukung lainnya seperti kursi shower.
Memperhatikan aksesibilitas fisik dalam desain dan pengelolaan pelabuhan penumpang, adalah langkah kritis dalam menciptakan lingkungan yang ramah disabilitas dan inklusif bagi semua penumpang.
Langkah-langkah ini tidak hanya memenuhi kewajiban hukum yang mewajibkan aksesibilitas bagi kaum disabilitas, tetapi juga menegaskan komitmen moral untuk menjadikan setiap lingkungan publik terbuka bagi semua individu.
Dengan menciptakan lingkungan yang ramah disabilitas, pelabuhan penumpang memberikan kesempatan bagi semua penumpang untuk merasakan pengalaman perjalanan yang menyenangkan dan aman. Ini bukan hanya tentang memberikan akses fisik, tetapi juga tentang membangun lingkungan yang inklusif secara sosial dan budaya.
Ketika setiap orang merasa diterima dan dihargai, atmosfer yang lebih positif dan menyambut dapat tercipta, yang menguntungkan semua penumpang. Dengan demikian, investasi dalam aksesibilitas fisik di pelabuhan penumpang bukan hanya berdampak pada kaum disabilitas, tetapi juga pada keseluruhan pengalaman perjalanan bagi semua individu.
Dengan memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan mereka yang mungkin lebih rentan terhadap tantangan fisik, kita membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berempati.
Penting untuk diingat bahwa aksesibilitas bukanlah sekadar tanggung jawab hukum atau tugas teknis, tetapi juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Dengan memastikan bahwa semua penumpang, tanpa memandang kondisi atau kebutuhan mereka, dapat merasakan kesetaraan dalam akses dan pengalaman perjalanan, kita membantu membentuk dunia yang lebih adil dan inklusif bagi semua.
Peduli dengan Kaum Disabilitas
Kehidupan kita diwarnai oleh keragaman yang memperkaya pengalaman kita sebagai manusia. Di antara keragaman ini adalah kaum disabilitas, yang sering kali dihadapkan pada tantangan yang tidak dimengerti oleh banyak orang.
Namun, simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas bukan hanya tentang memberikan perhatian. Melainkan pula tentang pengakuan akan hak mereka untuk hidup dengan martabat dan kesempatan yang sama seperti yang dinikmati oleh semua individu.
Simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas melibatkan pemahaman mendalam tentang pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi setiap hari. Ini melampaui sekadar simpati yang dangkal; ini adalah pengakuan akan kekhasan dan keberagaman setiap individu, tanpa memandang keterbatasan fisik, mental, atau sensorik yang mungkin dimilikinya.
Salah satu aspek penting dari simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas adalah inklusi. Inklusi bukan hanya tentang membiarkan mereka hadir secara fisik dalam masyarakat. Tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang ramah, dan mendukung bagi mereka untuk berkembang dan berpartisipasi sepenuhnya.
Namun, simpati dan peduli tidak hanya berkaitan dengan kebijakan dan aksesibilitas. Ini juga tentang sikap dan perilaku kita sebagai individu. Memperluas lingkaran simpati kita untuk memasukkan kaum disabilitas berarti mendengarkan dengan empati, menawarkan bantuan tanpa mengurangi martabat mereka, dan memperlakukan mereka dengan hormat dan penghargaan yang sama seperti yang kita berikan kepada orang lain.
Selain itu, simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas memerlukan kesadaran akan hak mereka untuk hidup mandiri dan memiliki kendali atas kehidupan mereka sendiri. Ini melibatkan mendukung upaya mereka untuk memperoleh keterampilan, sumber daya, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi penuh mereka sebagai individu yang berharga dalam masyarakat.
Memahami Keberagaman Adalah Kekuatan
Dalam mengeksplorasi tema simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas, penting bagi semua untuk menyadari bahwa sebagai anggota masyarakat, kita semua memiliki peran yang penting untuk memastikan bahwa mereka tidak diabaikan atau diabaikan.
Simpati dan peduli bukanlah hanya tentang memahami tantangan yang mereka hadapi, tetapi juga tentang bertindak untuk mewujudkan perubahan yang positif dalam kehidupan mereka.
Manakala warga melihat kaum disabilitas dengan simpati dan peduli, ia tidak hanya menunjukkan bahwa menghargai mereka sebagai individu, tetapi juga bahwa memahami keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Ini melibatkan kesediaan untuk menghapus stigma dan stereotip yang sering melekat pada mereka, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki kontribusi yang berharga untuk diberikan kepada masyarakat.
Simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas adalah cerminan dari nilai-nilai kemanusiaan kita. Ini mencerminkan keyakinan bahwa setiap orang berhak untuk diperlakukan dengan hormat, martabat, dan kesempatan yang sama.
Dengan menunjukkan simpati dan peduli, tidak hanya menghormati hak asasi manusia, tetapi juga menegaskan komitmen untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang atau kondisi mereka.
Simpati dan peduli terhadap kaum disabilitas bukan pula sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan yang menuntut tindakan dari setiap individu. Ini adalah panggilan kepada kita semua untuk bertindak dengan kebaikan hati, empati, dan menghargai keberagaman manusia.
Hanya dengan melibatkan dan mendukung kaum disabilitas, kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik, di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk hidup dengan penuh potensi dan martabat yang setara.