Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Golput adalah kalimat yang sangat menakutkan bagi elit Parpol dan Oligarki. Karena dengan Golput, mereka tidak bisa menipu rakyat.
Mereka bisa mendesain kecurangan, menentukan calon, bahkan menentukan pemenang. Tapi semua itu tetap butuh legitimasi rakyat, berupa partisipasi rakyat dalam demokrasi.
Namun, jika Golput tinggi, mereka bingung. Kecurangan mereka terbongkar, kemenangan mereka tidak legitimate.
Khawatir semua kecurangan terbongkar, setelah curang hanya menyediakan calon boneka partai dan menolak calon yang dikehendaki rakyat, oligarki dan parpol berusaha menggiring rakyat ke TPS. Janji manis yang diberikan, adalah untuk mencoblos semua, agar kertas suara tidak dimanfaatkan untuk curang.
Padahal, mereka biasa curang. Curang yang dilakukan tidak butuh menunggu sisa kertas suara. Kalau cuma kertas, mereka bisa produksi jutaan kertas dan dicoblos sendiri di luar, bukan di TPS.
Untuk main curang, cukup menyalahgunakan kekuasan dan bermain dengan KPU. Karena yang menang bukan yang dipilih rakyat, tetapi yang namanya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU.
Pilpres 2024 telah membuktikan, partisipasi rakyat tidak ada gunanya. Toh, yang menang tetap saja penguasa. Suara rakyat tidak dianggap.
Karena itu, Parpol dan oligarki tetap berusaha menggiring rakyat ke TPS. Agar pesta mereka tetap meriah. Agar kecurangan mereka, tetap legitimate dengan banyaknya partisipasi pemilih. Bagi mereka, tak soal coblos semua, yang penting TPS tetap terlihat ramai.
Coba bayangkan, TPS sepi. Mayoritas rakyat Golput. Maka Parpol dan Oligarki tidak bisa berpesta. Kecurangan mereka malah mudah dibuka.
Jadi, jangan tertipu dengan seruan coblos semua seolah untuk kepentingan rakyat. Sejatinya, itu untuk kepentingan oligarki dan parpol. Untuk melegitimasi pesta mereka.
Sedangkan rakyat, tetap tak mendapatkan apa-apa saat coblos semua. Sungguh, perilaku yang sia-sia sangat dilarang dalam agama.