Oleh : Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Mahkamah Konstitusi (MK) salah ambil keputusan, Revolusi di depan mata. Kira-kira itu rekaman sekilas tentang hasil Pilpres 2024.
Kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power oleh Presiden Joko Widodo, penekanan dan intimidasi oleh aparat, baik di pusat dan di daerah untuk menangkan Paslon tertentu, bukan rahasia lagi.
Politisasi Bansos untuk memenangkan pasangan Nepotisme dan langgar UU dan Konstitus di depan Majelis Hakim Konsitusi tak dapat di lakukan.
Bukti-bukti kecurangan dari Sirekap tak dapat di bantah oleh KPU dan ahli lain dari Paslon 02.
Film Dokumenter The Dirty Vote pun menemukan kebenaran nya. Memang Pilpres ini. Di desain curang. Teknologi tak dapat di ajak selingkuh.
MK tidak hanya berdalih kewenangan dengan mengadili kuantitatif angka – angka saja. Kalau angka kemenangan yang di dapat dari kecurangan, dari proses yang curang apakah itu dapat di katakan sah dan jurdil sebagai Azas pilpres?
Sidang MK pun di ikuti secara seksama oleh Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Dan rakyat pun, tahu betapa tidak berdaya nya KPU, Bawaslu dan DKPP untuk bela diri di depan Majelis Hakim Mahkamah. Demikian juga Tim 02 pun tak dapat membantah, bukti2 dan Argumen Ahli dari 01 dan 03.
Karena kecurangan pilpres ini di telanjangi di depan mata publik oleh para Ahli dan Pakar. Publik berterimakasih kepada Dr KMRT Roy Suryo, Dr Ir Leony, Ir Hairul Anas, Dr Feri Amsari, Dr Zainul Arifin Mokhtar,.Dr Bivitri Susanti dsb yang telah membongkar topeng KPU, Bawaslu dan DKPP.
Para Tokoh bicara tentang Pilpres Luber dan Jurdil, dari Civil Society, mantan TNI-POLRI, Kaum Ulama dan Habaib, Para Tokoh Bangsa, Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, Habib Rizieq Shihab dsb.
Sejumlah Massa aksi yang terus menerus aksi di KPU, Bawaslu, DPR hingga MK.
Megawati Soekarnoputri pun menulis tangan dengan tinta merah ke MK, sejumlah Mahasiswa, sejumlah Tokoh kampus. Kesemua itu mengingat MK agar memutus perkara sejarah Adil dan benar. MK jangan mau di intimidasi dan ditekan oleh Istana. Rakyat akan kawal MK.
Jika semua usaha, perjuangan serta doa tulus dan aksi yang terus menerus, tetapi MK keukeh tetap pada kewenangan untuk adili kuantitatif pilpres, itu artinya: MK sedang menarik alarm kemarahan Rakyat.
MK sedang menarik pelatuk tombol Revolusi! Karena massa yang kecewa karena MK di anggap Pro Kecurangan, padahal berbagai jenis kecurangan telah di urai telanjang di mata publik.
Rakyat akan mencari keadilan dan kebenaran sesuai nurani dan akal sehatnya. Bisa jadi Rakyat akan menggelar Sidang Rakyat atau People Tribun.
Kalau melihat dari suara Para Tokoh Bangsa, dan Para Ulama dan Habaib yang mendamba Keadilan dan kebenaran yang berlaku di negeri ini, terabaikan, tidak di anggap dan di sia-siakan.
Itu, artinya MK memang sedang menabung gendang Revolusi. Dan jika itu terjadi, nasib MK pun akan habis tinggal nama. Karena MK bisa jadi masuk ke Museum Sejarah.
Oleh karena nya Para Hakim MK dan Kekuatan congkak yang selama ini, selalu merasa hebat dan jumawa, kemarahan Rakyat tak akan dapat di bendung.
Jutaan Rakyat akan ber bondong-bondong ke jalan, mencari keadilan dan kebenaran sendiri-sendiri.
Oleh karenanya, MK jangan menabuh genderang Revolusi!