Oleh : Faizal Assegaf
Kritikus
Judul di atas menegaskan perbedaan kelas. Pasukan Yaman bukan sebatas mengancam, tapi mereka sudah mengusir dan menembak kapal milik Amerika, Inggris dan Israel. Tapi kalau Luhut hanya sok jagoan.
Mulut besar Luhut karena posisinya di lingkar kekuasaan. Di sana, semua pertunjukan sok arogan dipamerkan. Pak tua yang merasa paling perkasa. Padahal cuma numpang kuasa disecuil kekuasaan lokal.
Di panggung internasional, Luhut tak lebih dayang-dayang hegemoni global. Itu pun kelas pesuruh bermodalkan jualan proposal atas nama negara. Tak beda dengan betina Sri Mulyani yang bekerja atas arahan tuan.
Level Luhut, Sri Mulyani, Jokowi atau makelar demokrasi curang di republik ini, hanya sampah daur ulang. Tidak ada yang hebat dari mereka, cuma utang dan utang. Tak beda dengan tengkulak memeras petani kecil.
Tapi kalau apa yang terjadi di Laut Merah, di sana pasukan Yaman membuat dunia gemetar. Satu per satu kapal perang Amerika dan Ingris dihabisi. Semua kapal dagang yang pro Israel disikat. Negara kecil tapi bernyali besar.
Baru berapa hari lalu, Yaman melakukan uji coba rudal hypersonic. Ini pencapaian yang luar biasa. Menempatkan negara tersebut makin diperhitungkan. Indonesia tentu punya peluang yang jauh lebih besar dari Yaman.
Kembali soal Luhut, katanya dia mengancam para pengkritik diusir dari Indonesia? Bilang sama Luhut, jangan sok jagoan dan arogan. Lihat itu Yaman, bangsa yang ditindas oleh misionaris sekularisme, kini mereka bangkit melawan.
Begitu pula rakyat yang terzalimi di negeri ini, ada waktunya mereka jauh lebih gusar. Semakin hari pertunjukan kalian telah terbaca. Pelan atau cepat, mulai memasuki orbit pertarungan ideologis.
Kami paham watak & ideologi mu…!