Oleh : Lapia Adwinka Wulandari
Toleh kanan-kiri, nunduk, tidak sampai jongkok kok, aman. Kelakuan siapa itu? Gibran Rakabuming Raka yang katanya sedang mencari jawaban Prof Mahfud soal green inflation di kolong podium. Lho Ya jelas tidak bakal ketemu, wong dia saja baru di pemerintahan dua tahunan ini kok. Waktu Prof Mahfud jadi ketua Mahkamah Konstitusi kayak pamannya, Gibran mana punya cita-cita nerusin kekuasaan bapaknya? Gila kan, berhadapan dengan profesor sebagai seorang cawapres dari pelanggaran etik lho dia, masih bisa arogan dengan gimmick rendahannya.
Miris, sih. Secara kalau dinalar sekilas saja, green inflation itu soal inflasi hijau, inflasi itu istilah ekonomi. Hubungkan dengan berita Presiden Jokowi yang sedang blusukan ke pasar, demi turunkan inflasi untuk menjaga kestabilan ekonomi.
Dari analogi itu saja kita paham, bahwa green inflation juga penjabaran dari ekonomi hijau. Itu hanya lewat nalar, coba lihat penjelasan di mesin pencarian canggih kita.
Saya menemukan dari Financial Times, yang menjelaskan soal istilah Greenflation merujuk pada peningkatan harga bahan baku energi yang disebablan oleh transisi hijau yang juga memicu mahalnya harga energi di tingkat konsumen, sehingga mengguncang berbagai sektor ekonomi.
Banyak warganet yamg menunjukkan berbagai data yang menunjukkan makna sebenarnya dari green inflation yang dipermasalahkan oleh cawapresnya Prabowo itu. Apa yang dipaparkan Mahfud sudah tepat, dia menerangkan soal ekonomi sirkular yang menjadi salah satu upaya untuk mengatasi green inflation tadi.
Untuk data yang mendukung, mereka juga turut melampirkan sumber dalam negeri sampai pendapat yang dikutip dari blog luar negeri. Apa yang dilakukan Gibran itu hanya mempermalukan dirinya sendiri saja. Dia justru tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Yang dia paparkan hanya konflik dari luar negeri saja, dengan solusi yang kurang spesifik karena hanya menyebut jawaban secara umum agar masyarakat tidak sampai terkena getah dari green inflation itu.
Aduh saya jadi sanksi dengan kemampuannya. Jadi mempertanyakan gitu, soal dan jawaban itu dari kepalanya sendiri atau malah dari timnya yang mengutip dari google? Ya wajar asumsi saya sampai sana, wong dua capres yang lain membuat coretan agar tidak salah, dia berani lepas teks.
Tapi yang membuat geli, saat break dia kelihatan sedang menghafal catatan di sebuah kertas. Aduh sudah kayak ujian betulan dong! Di luar pertanyaan dan jawaban yang menggelitik dari si anak presiden paling pintar itu, etika menjadi sorotan banyak kalangan.
Sepintar-pintarnya dia, tapi kalau etikanya 0 siapa yang mau menjadikannya sebagai panitan? Dia bilang maaf ya prof, gus imin, tapi memainlan gimminc recehan yang terkesan menghina dan merendahkan lawan debatnya. Apa pantas cawapres itu mendampingi pemimpin negeri ini nantinya?
Dimana sebenarnya representasi dari seorang anak muda yang katanya penuh sopan dan santun?
Gibran bukan representasi anak muda. Saya sendiri sebagai anak muda tidak sudi jika disamaratalan dengan seorang gibran yang minim etika. Semarah-marahnya saya dengan orang yang lebih tua, saya masih bisa menjaga sikap dan tutur kata saya. Sesebal-sebalnya saya terhadap orang tua, saya masih bisa mengendalikan rasa tidak suka itu. Semua saya lakukan karena saya menjaga hati serta menghormati orang yang punya pengalaman hidup lebih banyak dari saya.
Baru saja kita kemarin dengar wejangan Bu Megawati Soekarnoputri tetang budi terbaik di muka bumi ini. Kalian tahu apa itu? Menghormati orang tua. Ya, perempuan tangguh, ibu hebat sekaligus, politisi ulung itu memberi wejanganya yang selalu dibwakan Ir. Soekarno dan diajarkan dalam agama islam pula bahwa memang budi terbaik seorang anak adalah menghormati orang tua.