Faizal Assegaf
Kritikus
Betapa busuk dan rakus. Binatang saja tak sebuas itu. Di ruang super mewah, adu janji manis berkedok visi dan misi dilakoni. Parade kata-kata gombal ditulis dan lafalkan, isinya membual.
Rakyat yang cerdas mematikan TV. Sadar pemburu kekuasaan punya bakat berbohong. Dari Pilpres ke Pilpres, pertunjukan watak kemunafikan dan dusta membuat rakyat semakin muak.
Jutaan generasi muda lebih memilih apatis. Sambil ngintip, apa sih yang diperdebatkan? Omong kosong, hanya menjual janji palsu. Isinya, jauh lebih busuk dari kotoran di toilet dan bau amis selokan.
Rakyat gusar dan apatis, sebab para politisi hobinya setiap lima tahun tampil menipu. Kemarin berjanji akan setia bersama rakyat. Tanpa rasa malu, berbalik mengemis jatah dan haus kekuasaan.
Negara telah menjadi lapak empuk bagi para pencuri dan penipu berhati rakus. Lihai berganti topeng demi syahwat yang makin merasuk jiwa dan akal. Tidak beda dengan komplotan binatang.
Kepemimpinan dalam ruang demokrasi liberal, mesti disimak dengan serius. Satu per satu yang lahir dari jalur itu, berubah jadi tikus, kucing bahkan srigala. Tampak manusia, tapi perilaku hewan.
Mereka yang cerdas, memilih jalan hidup merdeka, tak mau berkali-kali dibohongi. Semakin banyak rakyat berupaya mencari cara lain untuk menemukan sejatinya pemimpin yang amanah.
Lihat di Amerika, di pusat demokrasi berasal. Seorang tua pikun berkuasa dan merusak hidup rakyat. Politisi tua itu saat debat Capres dipuja-puji. Namun ketika berkuasa, sangat bobrok dan memalukan.
Alur demokrasi liberal tersebut dicopy-paste di negeri ini. Tak beda, jurus tipu muslihat menjadi pemandu utama dalam bernegara. Makin mempertegas DNA penipu dan pencuri saling berlomba.
Rakyat hanya disajikan pidato kebohongan dan joget-jogetan. Akan terus berlanjut. Dari satu penguasa jahat ke penguasa brengsek berikutnya. Mereka dilahirkan oleh sistem pemilu yang amburadul.
Debat Capres muncul, matikan TV…!