Yerusalem – Serangan bertubi-tubi Israel ke Gaza selama sebulan terakhir telah menyebabkan banyak korban tewas warga sipil, yang mana angkanya sudah lebih tinggi dibandingkan perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung sejak dimulai 20 bulan lalu.
Mengutip Anadolu Agency, Rabu (8/11/23), angka tersebut berdasarkan perbandingan korban sipil di Gaza sejak 7 Oktober dan perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel di wilayah Palestina yang terkepung sejauh ini telah menewaskan 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita, serta melukai sedikitnya 24.000 orang.
Di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, pasukan Israel dan pemukim Yahudi telah membunuh 155 warga Palestina selama 31 hari terakhir.
Pada 8 Oktober 2023, total 9.806 warga sipil telah terbunuh di Ukraina sejak awal perang dengan Rusia.
Jumlah yang terbunuh ini lebih banyak di Gaza selama sebulan terakhir dibandingkan di Ukraina, yaitu 20 kali lebih banyak dari jumlah tersebut, hal ini menunjukkan betapa parahnya serangan Israel.
Lima anak terbunuh setiap jam di Gaza
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 40 persen dari 7.028 warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober adalah anak-anak, yang menunjukkan bahwa sekitar lima anak terbunuh setiap jam di Gaza.
LSM Save The Children yang berbasis di Inggris mengungkapkan bahwa jumlah anak di bawah umur yang terbunuh di Palestina dalam tiga minggu terakhir saja melampaui jumlah korban tewas dalam konflik di seluruh dunia pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
Serangan terhadap rumah sakit
Konflik saat ini juga menyebabkan pasukan Israel mengebom Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Arabi dan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, menewaskan ribuan warga sipil, dan juga menghancurkan lingkungan sekitar rumah sakit lain yang berafiliasi dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan Indonesia.
Fasilitas kesehatan terbesar di Jalur Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, tempat ribuan orang terluka dan warga sipil mengungsi, juga menjadi sasaran tentara Israel.
Israel dituding melakukan kejahatan perang karena serangan militernya yang secara langsung menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil di Jalur Gaza, serta blokade yang memutus pasokan makanan, air, listrik, bahan bakar, dan obat-obatan penting ke wilayah tersebut.
Menurut Konvensi Jenewa 1949, “Rumah sakit sipil yang diselenggarakan untuk memberikan perawatan kepada orang yang terluka dan sakit, orang lemah, dan ibu hamil, dalam keadaan apa pun tidak boleh menjadi sasaran serangan tetapi harus selalu dihormati dan dilindungi oleh Para Pihak dalam Konvensi Jenewa 1949.”
Dalam serangan lintas batas yang berlangsung sejak 8 Oktober antara tentara Israel dan Hizbullah, 61 anggota kelompok Lebanon itu dan empat tentara Israel tewas.
Menurut Israel, 30 tentara telah tewas dalam bentrokan di Gaza sejak 31 Oktober, sementara Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas yang berbasis di Gaza, menyandera 242 warga Israel.
Korban sipil di Ukraina
Sejak dimulainya hubungan Rusia-Ukraina, para pemimpin Barat telah berulang kali mengutuk dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow atas pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil, namun mereka menutup mata terhadap pemboman Israel di Jalur Gaza, yang juga menyebabkan ribuan kematian warga sipil.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan dukungan eksplisitnya terhadap Israel dalam pernyataannya pada 10 Oktober.
Sebaliknya, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada aksi akbar mendukung Palestina pada 28 Oktober menyatakan bahwa mereka yang menitikkan “air mata buaya” untuk warga sipil yang tewas dalam perang Ukraina-Rusia menyaksikan secara diam-diam kematian ribuan anak tak berdosa di Gaza.
Dia mengatakan pada pertemuan di Istanbul, “Anda menitikkan air mata untuk mereka yang meninggal di Ukraina. Bagaimana dengan anak-anak yang meninggal di Gaza? Mengapa Anda tidak mengatakan apa pun tentang mereka?”
(Red/Sumber)