Jakarta – Nilai mata uang rupiah semakin tidak berdaya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Hari ini, Kamis (29/9/22), rupiah diperdagangkan pada angka Rp.15.191/dolar AS.
Menyikapi fenomena melemahnya nilai rupiah tersebut, Begawan Ekonomi Rizal Ramli mengatakan bahwa hal itu dikarenakan bank-bank sentral negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) sedang melakukan program anti-inflasi agresif yang menyedot ekses likuiditas.
“Rupiah semakin melemah karena Bank2 Sentral negara OECD sedang melakukan program anti-inflasi agresif dengan menyedot ekses likwiditas,” ujar pria yang akrab disapa RR itu, Rabu (28/9/22).
Selain itu kata dia, terpuruknya nilai rupiah dikarenakan kelemahan struktural ekonomi Indonesia.
Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu menambahkan bahwa penyebab melempemnya rupiah terhadap dolar juga disebabkan karena besarnya ketergantungan terhadap utang sehingga rentan terhadap gejolak tingkat bunga.
“Ketergantungan utang sangat besar, yang sangat rentan terhadap gejolak tingkat bunga,” pungkas Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) ini.
(Red)