Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyebut, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berkomitmen untuk menanamkan investasi sekitar US$11,2 miliar atau Rp178,34 triliun (asumsi kurs Rp15.923 per dolar AS) dalam rancangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) 2025-2045.
Lewat rancangan IUPK itu, Arifin mengatakan, INCO mesti menyelesaikan komitmen investasi itu mulai 2026 sampai dengan 2029. Apabila target itu meleset, kata Arifin, perpanjangan kontrak dalam rezim IUPK bakal dibatalkan.
“Itu yang kita kejar yang kita masukan ke dalam persyaratan IUPK, kalau dalam tahun tersebut tidak terjadi terealisasi maka ini kita akan batalkan itu yang sudah disepakati,” kata Arifin saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (3/4/24).
Arifin telah menyampaikan rancangan SK Izin Usaha Pertambangan Khusus atau IUPK INCO kepada Menteri Investasi Bahlil Lahadalia melalui surat No T-154/MB.04/MEM.S/2024 tanggal 22 Maret 2024.
Persetujuan konversi dari kontrak karya (KK) menjadi IUPK dikejar terlebih dahulu untuk memuluskan proses divestasi setelah rampung pembahasan soal besaran nilai dan porsi divestasi awal tahun ini.
“Proses divestasi ini ditargetkan selesai pada bulan Juli 2024,” kata Arifin.
Rencananya, kata Arifin, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) bakal digelar pada 19 April 2024 yang dilanjutkan dengan konfirmasi right issue oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 5 Juni 2024.
Adapun, Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co.Ltd. (SMM) bakal mendivestasikan saham dengan total 14% ke holding tambang BUMN, MIND ID.
Adapun, nilai divestasi saham tersebut disepakati di angka Rp3.050 per lembar saham dengan total investasi yang dikeluarkan MIND ID senilai US$300 juta atau sekitar Rp4,69 triliun (asumsi kurs Rp15.635 per US$). Pelunasan transaksi akuisisi ditargetkan tuntas pada Juni 2024.
Untuk kepemilikan sahamnya, VCL akan mendapatkan sekitar US$160 juta tunai atas transaksi, yang diperkirakan selesai sebelum akhir 2024, setelah semua persyaratan penyelesaian transaksi dipenuhi.
Divestasi akan dilakukan dengan kombinasi primary, right issue 2,8%, dan secondary atau penjualan langsung sekitar 11,2%.
Adapun, periode right issue bakal berlangsung selama 21 Juni sampai dengan 27 Juni 2024. Sementara itu, allotment atau penjatahan saham ditarget efektif pada 1 Juli 2024.
“Maka saham PT Vale Indonesia menjadi 34% untuk MIND ID menjadi terbesar, diikuti dengan Vale Canada 33,88%,” kata Arifin.
Lalu, porsi saham publik yang telah diberikan sejak 1990 tetap di level 20,63%, sedangkan saham SMM berada di kisaran 11,48%.
Wakil Presiden Direktur Andriansyah Chaniago menuturkan, besarnya nilai investasi yang tertuang dalam rencana IUPK itu turut memperhitungkan masuknya proyek baru, yakni SOA HPAL, dengan nilai investasi Rp30 triliun (pabrik dan tambang).
“Ya, itu yang baru masuk, seluruh area itu harus ada rencana pengembangannya termasuk itu juga,” kata Andriansyah saat ditemui di DPR, Jakarta, seperti dikutip Bisnis, Rabu (3/4/24).
Andriansyah mengatakan, perseroannya bakal berupaya untuk mengejar realisasi investasi yang telah dikomitmenkan dalam rencana IUPK tersebut. Hanya saja, kata dia, hingga saat ini INCO belum menerima IUPK tersebut dari otoritas investasi.
“IUPK-nya sendiri belum sampai di kami, Pak Menteri ESDM tadi sudah disampaikan sudah dimasukkan ke Menteri Investasi mudah-mudahan tidak lama lagi akan ke kami,” tuturnya.
Setidaknya terdapat empat proyek milik INCO yang sedang berjalan, yaitu proyek Sorowako HPAL, SOA HPAL, Bahodopi RKEF, dan stainless steel, serta Pomalaa HPAL.
Lebih terperinci, Sorowako HPAL adalah kerja sama INCO dengan Huayou untuk pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 60.000 Ni per tahun dalam MHP. Proyek dengan nilai investasi Rp30 triliun disebut akan menggandeng pabrikan otomotif atau non-investor China, seperti POSCO, LG Chem, Ford, dan VW.
Konstruksi Sorowako telah dimulai sejak akhir 2023 dan akan melakukan hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor atau bahan dasar baterai. Selanjutnya adalah Proyek Bahodopi RKEF dan Stainless Steel dengan nilai investasi mencapai Rp34 triliun. Kapasitas pabrik RKEF adalah sekitar 73.000-80.000 ton Ni per tahun dalam FeNi dan menggandeng TISCO dan Xinhai.
RKEF ini digadang-gadang akan menjadi RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara melainkan gas bumi. Hilirisasi lebih lanjut hingga stainless steel.
Kemudian, Proyek Pomalaa HPAL dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun. INCO menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini, konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor atau bahan dasar baterai.
Terakhir adalah Proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun. Proyek ini telah menyelesaikan eksplorasi tahap akhir dengan potensi pabrik HPAL minimal 60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Proyek ini akan menggandeng produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga prekursor.
(Red/Sumber)