Jakarta – Perum Bulog memiliki tantangan untuk merealisasikan rencana investasi sektor beras di Kamboja.
Pengamat pertanian Asosiasi Politik Ekonomi Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan bahwa Bulog harus meyakinkan pemerintah Kamboja agar rencana akuisisi lahan atau perusahaan beras di sana dapat disetujui.
Pasalnya, Kamboja, kata dia, juga memberikan subsidi kepada petaninya seperti yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan subsidi pupuk.
“Jika produksi dari lahan Kamboja, kemudian dikirim ke Indonesia, apakah ini tidak sama saja Kamboja mensubsidi Indonesia,” ujar Khudori seperti dilansir Bisnis, Senin (24/6/24).
Kendati begitu, Khudori menilai bahwa rencana investasi beras di Kamboja itu dapat memberikan peluang bagi Bulog dalam mendapatkan sumber produksi beras di luar negeri. Pasalnya, produksi beras di dalam negeri terus berkurang secara konsisten sejak 2018. Di sisi lain kebutuhan atau konsumsi beras terus meningkat.
“Menggenjot produksi tidak mudah karena lahan menyusut, infrastruktur irigasi yang rusak, harga sewa lahan dan tenaga kerja yang terus naik hingga pupuk subsidi terus menurun,” ungkapnya.
Mengandalkan aktivitas impor pun, kata Khudori tidak semudah yang dibayangkan. Sejumlah negara kini juga cenderung melakukan restriksi ekspor berasnya seiring adanya gangguan produksi.
“Kalau Bulog akuisisi [sumber produksi beras di Kamboja] pemerintah bisa mengatur level harga jual beras di dalam negeri, sehingga tidak disinsentif terhadap petani dalam negeri,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menekankan bahwa rencana Bulog melebarkan sayap bisnisnya di Kamboja dilakukan untuk menjamin ketersediaan stok beras kala produksi dalam negeri tidak memadai.
“Saya jamin kalau sampai di dalam negeri produksinya ada, pasti kita enggak ambil [beras] ke sana. Ya, kenapa harus khawatir,” ujar Bayu saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (20/6/24).
Kendati begitu, Bayu belum bisa memastikan bentuk investasi yang akan ditanamankan Bulog di Kamboja. Menurutnya, bisa saja bentuk investasi awal dilakukan dengan membeli agen beras di Kamboja, selanjutnya membeli penggilingan di sana.
Namun, rencana investasi itu masih dalam proses diskusi dan konsultasi dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Kamboja. Musababnya, faktor finansial seperti pembiayaan dan akses kredit perbankan di Kamboja masih jadi pertimbangan.
“Ini bukan pekerjaan jangka pendek, bukan pekerjaan dalam hitungan minggu. Saya akan melakukan tahap demi tahap sesuai perkembangan yang terjadi, kita lihat saja,” ucapnya.
(Red/Sumber)