Jakarta – Ketua Umum Asprindo H. Jose Rizal menilai melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika merupakan fenomena global dimana mata uang dolar sedang menguat di hampir seluruh mata uang dunia.
“Jadi bukan terkait dengan kondisi ekonomi dalam negeri,” ujar Jose, Kamis (27/6/24).
Karenanya Jose tidak kaget ketika banyak analis memperkirakan nilai tukar dolar akan menyentuh hingga Rp17.000 per dolar.
“Penyebabnya kita tahu, perang. Di sisi lain, Inflasi di AS sangat tinggi, membuat suku bunga The Fed, Fed Funds Rate, sulit diprediksi sehingga Investor ramai-ramai memburu dolar ke pasar Amerika,” ujarnya lagi.
Jose juga mengatakan bahwa secara psikologi masyarakat Indonesia tidak panik menghadapi fenomena ini.
“Menghadapi melemahnya rupiah, saya kira, masyarakat Indonesia baik-baik saja, pelaku pasar tidak sedang ramai-ramai memborong dolar,” terangnya.
“Masyarakat kita sudah cukup belajar dari berbagai krisis. Termasuk saat Covid-19 lalu. Dalam berbagai krisis, ekonomi Indonesia tetap tumbuh. Kondisi sekarang berbeda dengan krisis moneter tahun 1997-1998,” tambahnya.
Namun menurut dia, fenomena melemahnya rupiah bagi pengusaha seperti dua sisi mata uang di mana pengusaha yang bahan bakunya impor seperti kedelai dan elektronik sudah pasti terdampak secara signifikan.
“Tapi sebaliknya, pengusaha yang berorientasi ekspor, akan menikmati menguatnya USD ini. Selama produk-produk Indonesia masih dibutuhkan di luar negeri, kita bisa menikmati keuntungan eksport ini. Termasuk pemerintah terkait pemasukan bea cukai. Lagi pula, produksi dan konsumsi Indonesia belum terkait secara signifikan dengan rantai pasok dunia,” jelasnya.
Jose pun mengingatkan pemerintah untuk tetap menjaga postur APBN agar tetap stabil.
“Yang penting sektor perbankan tidak guncang, dan APBN masih bisa intervensi, krisis tak akan terjadi. Asal pemerintah juga hati-hati mengelola APBN. Jangan jor-joroan untuk program yang tidak terlalu mendesak,” tandasnya.
(Red)