Jakarta – PT Angkasa Pura I (persero) mengaku telah melakukan pembicaraan dengan PT Astra Infrastruktur untuk bekerjasama mengelola Bandara Komodo di Labuan Bajo.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengungkapkan bahwa komunikasi tersebut dilakukan karena sesuai dengan transformasi bisnis yang sedang dilakukan oleh perseroan.
Faik menyebut salah satu program inisiatif untuk pertumbuhan bisnis dan pendapatan adalah melalui kerja sama dengan strategic partnership dalam mengelola bandara di luar AP I guna meningkatkan jumlah pergerakan penerbangan dan pendapatan.
“Memang sudah sda pembicaraan dengan Astra Infrastruktur. Tahapan saat ini adalah penjajakan minat untuk berkonsorsium dalam rencana pengambilalihan bandara Labuan Bajo,” ujarnya, seperti dilansir Bisnis Rabu (2/11/22).
Adapun, Bandar Udara Komodo merupakan bandara pertama yang dikelola dengan skema Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Konsorsium Cardig Aero Service (CAS) telah ditetapkan sebagai Badan Usaha yang akan mengelola bandara Komodo. Konsorsium CAS beranggotakan PT Cardig Aero Service (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI) dan Changi Airports MENA Pre Ltd.
Investasi yang dikucurkan dalam proyek ini senilai Rp1,23 triliun selama 5 tahun, pembiayaan operasional mencapai Rp5,7 triliun selama 25 tahun, serta jaminan investor senilai Rp5 miliar. Namun, akibat pandemi Covid-19, rencana pengembangan bandara ini mengalami ketidakpastian.
Selain itu, sejalan dengan program transformasi perseroan dalam bentuk perluasan aset, AP I juga menawarkan sebanyak 12 bandara yang dikelola saat ini dalam bentuk klasterisasi regional. Dia mencontohkan sejumlah proyek bandara regional yang menarik untuk ditawarkan adalah regional pulau Jawa yakni bandara Bandara di Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya.
Faik menegaskan AP I terbuka dengan kerja sama pengelolaan bandara baik yang saat ini sudah dikelola sendiri atau lewat pengambil alihan bandara UPBU yang dikelola oleh Kemenhub bekerja sama dengan mitra strategis. Dia tak menampik bahwa AP I juga sedang membutuhkan dukungan finansial, guna mendorong peningkatan pergerakan penerbangan melalui global networking, peningkatan layanan kepada penumpang serta meningkatkan pendapatan.
Sementara itu, pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soejatman menilai peluang kerja sama antara Astra Infrastruktur dan AP I adalah hal yang baik, tetapi juga tergantung dengan bandara yang dipilih untuk dimitrakan. Pasalnya, pasca Covid-19 bandara-bandara yang sebelumnya ramai penumpang juga membutuhkan investasi untuk ekspansi setelah keuangan AP I terpuruk.
“Astra sebenarnya sudah lama berminat di bidang bandara, tetapi kuncinya bagi mereka adalah mendapatkan mitra operator bandara yang cocok dengan mereka dan yang nyaman atau cocok dengan bandara yang akan dimitrakan,” jelasnya.
(Red/Sumber)